MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA— Dalam kajian rutin di Masjid KH Sudja, Yogyakarta, pada Kamis (08/05), Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Royan Utsany, memaparkan substansi bab “Banyaknya Pintu Kebaikan” dari kitab Riyadus Shalihin karya Imam An-Nawawi.
Dalam ceramahnya, Royan menegaskan bahwa kebaikan, sekecil apa pun, memiliki potensi besar untuk mendekatkan seorang hamba kepada ridha Allah, meskipun manusia tidak pernah tahu amalan mana yang benar-benar diterima.
Royan menjelaskan, berdasarkan Al-Qur’an dan hadis, Allah Maha Mengetahui setiap kebaikan yang dilakukan hamba-Nya, bahkan yang terkecil sekalipun.
“Apa yang engkau kerjakan dari kebaikan, Allah mengetahui. Sekecil apa pun, jika Allah ridha, itu akan mendapat balasan, baik di dunia maupun akhirat,” ujarnya, mengutip ayat wama taf’alu min khairin ya’lamullah (QS. Al-Baqarah: 197).
Ia mencontohkan amalan sederhana seperti senyum kepada saudara, menyingkirkan batu di jalan, hingga menanam pohon, yang semuanya bernilai sedekah.
Menurut Royan, ada lima tanda amalan seseorang diterima Allah: bergegas dalam kebaikan, istiqamah, merasa amal masih sedikit meski sudah banyak berbuat, takut terjerumus dalam dosa, dan merasa tenang saat berbuat baik.
“Orang yang merasa tenang dalam kemaksiatan, itu tanda hatinya tidak baik. Sebaliknya, ketenangan sejati datang dari kebaikan,” tegasnya. Ia juga memperingatkan agar tidak sombong dengan amal, karena dosa yang diistighfari lebih baik daripada amal yang dibanggakan.
Royan mengilustrasikan pentingnya kebaikan dengan kisah nyata, seperti Sulaiman Ar-Rajhi, pendiri bank di Arab Saudi yang memilih hidup sederhana meski memiliki harta Rp112 triliun, serta sahabat Nabi seperti Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf yang menginfakkan hartanya di jalan Allah.
Ia juga mengutip hadis tentang seorang laki-laki yang memberi minum anjing karena kehausan, yang mendapat pahala karena kebaikan kepada makhluk hidup.
Tak hanya itu, Royan menyoroti urgensi menjaga lingkungan sebagai bagian dari kebaikan.
“Menanam pohon adalah sedekah. Jika dimakan burung atau manusia, pahalanya bertambah. Ini relevan dengan kondisi lingkungan saat ini yang perlu perhatian lebih,” ungkapnya, merujuk pada hadis Rasulullah bahwa setiap muslim yang menanam pohon akan mendapat pahala atas manfaatnya.
Kajian ini mengajak jamaah untuk terus memperbanyak amal kebaikan tanpa meremehkan perbuatan kecil, sekaligus menjaga hati agar tetap peka terhadap dosa.
“Kita tidak tahu amalan mana yang diterima Allah, maka lakukanlah sebanyak mungkin dengan ikhlas dan istiqamah,” pungkas Royan, mengakhiri ceramahnya dengan seruan untuk terus belajar dan bertanya.