MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta menjadi tempat atas penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Pimpinan Pusat Aisyiyah dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi pada Selasa (20/05).
Acara ini menandai komitmen bersama untuk memperkuat pembangunan desa melalui berbagai sektor strategis, seperti pendidikan, kesehatan, ketahanan pangan, dan keagamaan.
Rektor Unisa Yogyakarta, Warsiti, menyampaikan kebanggaannya atas peran universitas sebagai tuan rumah acara ini. “Mudah-mudahan kegiatan ini berada dalam rahmat Allah. Kami bersyukur menjadi bagian dari amal usaha Aisyiyah dan menjadi tuan rumah penandatanganan MoU ini,” ujarnya.
Warsiti menegaskan bahwa Unisa Yogyakarta, sebagai salah satu dari sepuluh perguruan tinggi milik Aisyiyah yang telah terakreditasi unggul, siap mendukung misi pemberdayaan masyarakat desa.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah, Salmah Orbayinah, menjelaskan bahwa kerjasama ini sejalan dengan visi Aisyiyah untuk membangun desa berbasis Qaryah Thayyibah, yakni desa yang tentram, damai, adil, dan makmur.
“Sesuai tema milad Aisyiyah kemarin, Memperkokoh Ketahanan Pangan Berbasis Qaryah Thayyibah Menuju Ketahanan Nasional, kami ingin membentuk desa-desa yang menghasilkan masyarakat berkualitas, menuju negara yang kuat, baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur,” ungkapnya.
Salmah menekankan kekuatan jejaring Aisyiyah dari tingkat nasional hingga ranting desa, yang memungkinkan program pemberdayaan menyentuh langsung kebutuhan masyarakat. Fokus kerjasama mencakup pemberdayaan ekonomi melalui pengembangan koperasi, pencegahan kekerasan terhadap anak dan perempuan, serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia di desa.
Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Yandri Susanto, menyoroti pentingnya desa sebagai tulang punggung pembangunan nasional.
“Desa kini menjadi primadona karena perannya yang strategis. Kita belajar dari Jepang dan Korea, di mana eksodus penduduk dari desa ke kota memunculkan masalah sosial, seperti penurunan angka kelahiran dan krisis generasi penerus,” ujarnya.
Ia menegaskan perlunya menahan laju urbanisasi dengan membangun desa yang kuat secara ekonomi, sosial, dan spiritual. “Bersama Aisyiyah, kita bentuk superteam untuk menjawab tantangan seperti pergaulan bebas, penyalahgunaan narkoba, hingga kekosongan imam masjid di desa. MoU ini bukan sekadar tanda tangan, tetapi komitmen untuk membangun jiwa dan raga masyarakat desa,” tambahnya.
Kerjasama ini akan berfokus pada tiga pilar utama: kesehatan, pendidikan, dan ketahanan pangan. Dengan sinergi antara Aisyiyah, yang memiliki jaringan amal usaha hingga ke pelosok desa, dan Kementerian Desa, diharapkan tercipta desa-desa yang tidak hanya mandiri secara ekonomi, tetapi juga kokoh dalam nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan.
Penandatanganan MoU ini menjadi langkah awal menuju pembangunan desa yang berkelanjutan, demi mewujudkan Indonesia yang lebih kuat dan sejahtera.
“Terima kasih kepada Aisyiyah dan Muhammadiyah mari kita kembangkan desa, kita sentuh jasmani dan rohani, ini kesempatan terbaik untuk kita. Saya ajak dan tantang sekaligus untuk berdayakan desa,” ujar Yandri.