MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Dalam khutbah Jumat yang disampaikan oleh Syakir Jamaluddin dari Majelis Tabligh PP Muhammadiyah di Masjid KH Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada Jumat (25/04), tema ketakwaan menjadi fokus utama sebagai modal meraih keselamatan dunia dan akhirat.
Mengutip pesan Al-Qur’an dan hadis, Syakir menegaskan bahwa takwa adalah inti dari setiap perintah Allah, mulai dari mengesakan Allah, menegakkan keadilan, hingga bertransaksi secara adil.
Syakir mengacu pada ayat Al-Qur’an yang kerap dibaca Nabi Muhammad SAW dalam khutbahnya, “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa, dan jangan sekali-kali mati kecuali dalam keadaan muslim” (QS. Ali Imran: 102).
Ia menjelaskan bahwa ibadah, termasuk puasa Ramadan, merupakan proses menuju ketakwaan. “Puasa mengajarkan kita mengendalikan emosi dan hawa nafsu. Namun, pertanyaannya, apakah kebiasaan baik di Ramadan, seperti menahan amarah, salat malam, infak, tadarus, dan tafakur, masih kita lanjutkan hingga kini?” tanyanya kepada jemaah.
Ia menyoroti pentingnya kesinambungan amal kebaikan pasca-Ramadan. Mengutip QS. Al-Baqarah: 21, Syakir mengingatkan bahwa ibadah bertujuan mengantarkan manusia menjadi pribadi bertakwa, sebuah proses yang berlangsung sepanjang waktu, sebagaimana tersirat dalam kata “la’allakum tattaquun” (semoga kalian bertakwa).
Ia juga merujuk QS. Ali Imran: 190-191, yang menggambarkan kebiasaan orang bertakwa untuk selalu mengingat Allah dan merenungi ciptaan-Nya dalam segala kondisi. Lebih lanjut, Syakir menekankan bahwa kemenangan sejati (fauz) hanya diraih oleh mereka yang sabar dan bertakwa, sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Mu’minun: 111 dan QS. An-Nur: 52.
“Orang yang menang adalah yang mampu mengendalikan hawa nafsu, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta takut akan hari pembalasan,” ujarnya. Ia mengkritik sikap yang mengabaikan keadilan demi kepentingan duniawi, seperti mendukung kezaliman atau memanipulasi hukum, sebagai tanda kurangnya ketakwaan.
Dalam konteks keadilan, Syakir mengutip QS. Al-Ma’idah: 8, yang memerintahkan untuk berbuat adil meski terhadap pihak yang dibenci, karena keadilan adalah pintu menuju takwa. Ia juga menyentuh pentingnya pemaafan dengan memahami konteks kesalahan seseorang, namun tetap berpegang pada prinsip keadilan.
Di akhir khutbah, Syakir mengajak jemaah untuk terus mempelajari Al-Qur’an dan hadis guna memahami kehendak Allah. Ia menutup dengan mengutip QS. An-Naba: 31-36, yang menggambarkan kemenangan orang bertakwa berupa surga penuh kenikmatan, bebas dari omong kosong dan kebohongan.
“Takwa adalah kedudukan tertinggi. Hanya mereka yang bertakwa yang layak disebut menang, karena sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa,” pungkasnya, mengacu pada QS. Al-Hujurat: 13.