MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANTUL — Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta, Ihwan Ahada, menyampaikan ceramah di Masjid Ad-Da’wah, Bantul, pada Ahad pagi (13/4).
Dalam suasana yang khidmat, Ihwan mengajak jemaah untuk kembali ke fitrah Muhammadiyah, sebuah tema yang disebutnya sebagai gagasan otentik dan belum pernah diangkat secara mendalam sebelumnya.
Dengan mengutip semangat Ramadan yang baru saja usai, Ihwan menekankan pentingnya menjaga motivasi tinggi dalam beribadah, membersihkan jiwa, dan berkontribusi dalam kehidupan bermasyarakat.
“Niat kuat yang diikuti ikhtiar dan pengorbanan, adalah kunci kebangkitan umat,” ujarnya, seraya mendoakan jemaah menjadi penghuni surga.
Ceramah yang disampaikan di hadapan jemaah yang memadati masjid ini juga menyoroti keaslian pemikiran pendiri Muhammadiyah, Kiai Haji Ahmad Dahlan. Ihwan menjelaskan bahwa gagasan Kiai Dahlan lahir dari renungan mendalam, bukan sekadar mengutip teori atau mengikuti aliran tertentu seperti Wahabi.
“Pemikiran Kiai Dahlan adalah hasil muhasabah yang otentik, merespons realitas umat di Yogyakarta saat itu,” ungkapnya.
Menurut Ihwan, Muhammadiyah didirikan dengan dua misi utama: meluruskan penyimpangan dalam praktik keagamaan dan memperluas pemahaman agama agar relevan dengan kebutuhan masyarakat. Hal inilah yang menjadi Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan Islam yang berkemajuan.
Kiai Dahlan, lanjutnya, meramu gagasan dari para ulama Timur Tengah seperti Rasyid Ridho, Muhammad Abduh, dan Al-Afghani, namun menghasilkan gerakan yang unik dan sesuai dengan konteks lokal.
Tema “Kembali ke Fitrah Muhammadiyah” menjadi sorotan utama, yang menurut Ihwan bukan sekadar zakat fitrah, melainkan sebuah panggilan untuk memahami hakikat gerakan Muhammadiyah yang progresif dan berpijak pada akar permasalahan umat.
“Ini adalah tema luar biasa yang dibuat oleh PDM Kota Yogyakarta, sebuah langkah berkemajuan,” tambahnya dengan antusias.
Ceramah ini ditutup dengan doa agar Muhammadiyah terus berkembang dan menjadi gerakan yang sukses dalam menegakkan Islam di tengah peradaban modern. Jemaah pun tampak terinspirasi, siap mengamalkan semangat fitrah Muhammadiyah dalam kehidupan sehari-hari.