MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Transformasi kelompok Mardiko dampingan Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menjadi perhatian banyak pihak.
Salah satu yang menaruh perhatian kali ini adalah Sekretariat Badan Kerjasama Organisasi Wanita DIY yang melakukan kunjungan ke kelompok Mardiko di Piyungan, Bantul pada Senin (14/4) sekaligus menyerahkan bantuan ke anggota Mardiko.
Ketua MPM PP Muhammadiyah, M. Nurul Yamin menyampaikan terima kasih atas perhatian yang diberikan banyak pihak untuk transformasi yang dilakukan kelompok dampingan yakni Mardiko.
Transformasi dilakukan mulai dari arti akronim Mardiko yang awalnya Makaryo Adhi Ngayogyokarto menjadi Makaryo Adhi Katon. Selain itu, kelompok ini yang awalnya adalah pemulung sampah bertransformasi menjadi pengelola sampah.
Sebelum TPST Piyungan resmi ditutup oleh pemerintah, Yamin mengungkapkan jumlah anggota Mardiko ini mencapai 500-an orang yang berasal dari berbagai daerah, termasuk luar DIY.
Namun setelah penutupan, jumlah anggota kini turun menjadi 150-an orang. Yamin menjelaskan, jumlah itu tidak hanya laki-laki tapi juga ada yang perempuan. Sebab pola pemberdayaan yang dilakukan oleh MPM ini sifatnya inklusif gender.
“Mentransformasi dari pemulung menjadi pengolah sampah. Di situ ada transformasi menjadi wirausahawan, sekarang mereka sudah berwirausaha secara kolektif. Dan sekarang sudah memiliki koperasi berbadan hukum,” ungkap Yamin.
Kelompok yang awalnya sebagai pemulung, kini menjadi pengolah sampah dan memiliki rumah produksi sendiri. Dari sampah-sampah yang mereka ambil dari pelanggan, kemudian diolah menjadi produk yang bermanfaat.
Saat ini, sampah yang mereka olah menghasilkan dua produk yaitu sampah organik yang diimplementasikan sebagai media budidaya maggot, kemudian maggotnya dijadikan pakan ayam petelur yang diternak oleh kelompok. Kemudian juga menghasilkan sampah non-organik yang bisa mereka jual, dan residu pembakaran.
Ke depan, Yamin menyampaikan dari residu pembakaran ini akan dikembangkan menjadi produk yang berguna seperti conblock maupun aspal untuk pengerasan jalan, maupun untuk mempercantik halaman rumah.
Selain itu, Yamin mengungkapkan bahwa hadirnya rumah produksi tak sebatas memiliki sisi ekonomi, melainkan juga edukasi, sosial, dan laboratorium bagi Perguruan Tinggi Muhammadiyah-‘Aisyiyah (PTMA), serta membangun karakter masyarakat.
Ketua Kelompok Mardiko, Maryono menyampaikan saat ini selain pengolahan sampah kelompoknya juga telah menjalankan peternakan ayam dengan label TelorMoe. Dengan pakan maggot, kualitas telur yang dihasilkan tentu lebih sehat.
“Kita mengolah sampah riil detail tidak ada yang tersisa. Dalam artian sampah masuk rumah produksi, kami pilah dengan mesin,” ungkap Maryono.
Untuk produk organik, Maryono menyampaikan dibagi menjadi tiga yaitu untuk kompos, menjadi pakan maggot, dan ecoenzim. Terbaru, imbuhnya, MPM PP Muhammadiyah juga mendorong adanya peternakan ayam petelur untuk meningkatkan ekonomi kelompok.
Sampah yang diolah oleh kelompok Mardiko dalam sehari kurang lebih empat sampai lima ton, yang berasal dari sampah rumah tangga maupun institusi di Kota Yogyakarta, Bantul, dan Sleman.
Sementara itu, Siti Azizah dari Sekretariat Badan Kerjasama Organisasi Wanita DIY sekaligus Ketua Pelaksana Hari Kartini 2025 DIY mengapresiasi langkah-langkah transformatif inklusif yang dilakukan oleh MPM PP Muhammadiyah.
Dari acara bakti sosial yang dilakukan ini, Siti Azizah berharap akan ada tindak lanjut kerjasama untuk memperkuat pemberdayaan yang inklusif gender. Sebagaimana yang selama ini dilakukan oleh Muhammadiyah.