MUHAMMADIYAH.OR.ID, MAKASSAR – Ramadan 1446 H telah berlalu, namun jejak kebaikan bulan suci itu ikut berlaku. Jejak pendidikan selama sebulan harus awet untuk menjadi keteladanan dalam kebaikan hidup.
Pesan itu disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Irwan Akib dalam siaran pers yang diterima redaksi muhammadiyah.or.id pada Selasa (8/4). Irwan menyampaikan, puasa Ramadan jangan hanya menyisakan lapar dan haus.
“Didikannya ini bila diserap dengan baik, hendaknya tidak hanya dipandang secara lahiriah tetapi kita perlu mengambil hikmah di balik itu,” ungkap Irwan Akib.
Ibadah puasa selama bulan Ramadan, katanya, sebagai pendidikan sosial untuk merasakan beban yang dirasakan oleh saudara umat manusia yang seringkali menahan lapar karena memang tidak ada yang bisa dimakan.
“Selain itu, kita diperintahkan mengeluarkan zakat fitrah yang fungsinya bukan sekadar sebagai pembersih harta tetapi lebih dari itu, mengajarkan kita berempati kepada sesama,” katanya.
Zakat fitrah yang diwajibkan bagi setiap muslim menurutnya adalah pendidikan untuk menghindari perilaku foya-foya, hedonisme di kehidupan yang penuh materialistik ini.
Didikan menjadi manusia yang tidak materialistik ini menurut Irwan tidak kemudian menjadi muslim harus serba kurang, dan menjauh dari keduniaan. Melainkan harus memiliki semangat tinggi dalam mencari dunia, namun tidak menjadikannya sebagai tujuan utama.
“Justru umat Islam perlu mencari harta sebanyak-banyaknya dengan cara yang halal namun penggunaannya perlu diatur sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup pribadi dan keluarga tanpa berlebihan dan tidak berfoya-foya, dan selebihnya diperuntukkan pada kepentingan jalan Allah, kepentingan dakwah Islam,” imbuhnya.
Kiai Ahmad Dahlan pernah mengingatkan bahwa carilah harta benda dengan jalan halal dan segala kekuatan tenaga dan janganlah malas, agar mendapatkan harta yang sebaik-baiknya, setelah mendapatkannya, gunakanlah untuk keperluanmu dan anak istrimu dengan secukupnya, jangan terlalu mewah hingga melampaui batas, dan kemudian gunakan kelebihannya untuk berderma di jalan Allah SWT.
Oleh karena itu, jejak kebaikan yang diberikan selama bulan Ramadan ikut sirna dan lenyap seiring berlalunya bulan agung ini. Setelah kepergiannya bukan berarti nilai-nilainya juga dibawa pergi sehingga tidak ada yang terpatri dalam kehidupan kita sehari-hari.
Nilai-nilai yang dibawa tamu agung tersebut dalam kehidupan berbangsa bernegara, bila terpatri pada diri penyelenggara negara maka tidak akan ada lagi penyelenggara negara yang perilakunya tidak sesuai sumpah dan janji yang mereka ucapkan ketika akan menjabat.
Tidak ada lagi yang mencoba mengotak-atik anggaran belanja agar ada dana yang bisa digunakan untuk kepentingan pribadi, keluarga dan kroninya, tidak akan ada lagi arogansi pejabat yang melakukan tindakan semena-mena terhadap bawahannya.
“Kita tidak pernah lagi menyaksikan perampok uang negara yang ketika tertangkap masih sempat tersenyum melambaikan seakan tanpa beban. Tidak ada lagi isi perut bumi negeri ini yang dikuras habis dengan rakusnya. Negara bangsa menjadi tenang, tentram, damai, dan makmur,” tutup Irwan Akib.