MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Royan Utsany, menyampaikan kajian tentang anjuran memperbanyak amal di usia senja, berdasarkan Kitab Riyadus Shalihin karya Imam Nawawi, di Masjid KH Sudja, Yogyakarta, pada Kamis (24/04).
Kajian ini mengupas Bab 12 yang mengajak umat Islam untuk mempersiapkan bekal akhirat di ujung usia, dengan merujuk pada Al-Qur’an dan kisah-kisah teladan.
Dalam kajiannya, Royan menjelaskan makna “ujung usia” yang disebutkan dalam Al-Qur’an, khususnya Surah Fatir ayat 37, “Awalam nu‘ammirkum mā yatadzakkaru fīhi man tadzakkara wa jā’akumun nadzīr. (Dikatakan kepada mereka,) “Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu dalam masa (yang cukup) untuk dapat berpikir bagi orang yang mau berpikir.
Ayat ini mengingatkan bahwa Allah telah memanjangkan usia manusia agar mereka dapat mengambil pelajaran, namun sering kali lalai hingga datang peringatan. Menurut Royan, peringatan ini bisa berupa kehadiran Rasulullah SAW, tanda-tanda penuaan seperti uban atau keriput, hingga kematian orang-orang di sekitar.
Mengutip pandangan Ibnu Abbas, sahabat Nabi yang dikenal sebagai ahli tafsir, Royan menyebut usia 60 tahun sebagai batas di mana seseorang dianggap telah dipanjangkan usianya. Namun, ada pula pendapat yang menyebut usia 40 tahun sebagai fase kematangan untuk lebih fokus beribadah.
“Penduduk Madinah, ketika mencapai usia 40 tahun, akan tafarraqa li‘ibādah, fokus beribadah dan mencari bekal akhirat,” ungkap Royan, seraya mengajak jamaah untuk mensyukuri nikmat panjang usia.
Royan juga mengisahkan dua teladan dari para nabi. Pertama, kisah Nabi Daud yang meminta peringatan sebelum ajalnya tiba. Malaikat maut menjawab bahwa tanda-tanda penuaan, seperti uban dan keriput, serta kematian tetangga, sudah menjadi peringatan nyata dari Allah.
Kedua, kisah Nabi Musa yang, meskipun ditawari usia hingga 1.000 tahun, memilih segera bertemu Allah karena menganggap kematian sebagai pintu menuju kehidupan abadi yang lebih baik.
Menutup kajian, Royan menekankan sikap seorang Muslim dalam menghadapi kematian: tidak terlalu takut, namun juga tidak gegabah. “Kematian adalah pintu menuju kehidupan abadi. Yang terpenting, kita berikhtiar menaati Allah, menjauhi larangan-Nya, dan mendekat kepada-Nya,” pesannya.
Ia juga mengajak jamaah untuk bersyukur atas nikmat usia dan memanfaatkannya untuk beramal saleh. Kajian ini menggugah kesadaran jamaah untuk mempersiapkan diri menghadapi ujung usia dengan penuh makna. Semoga nikmat panjang usia menjadi ladang amal yang membawa keberkahan, Allahumma amin.