MUHAMMADIYAH.OR.ID, AUSTRALIA – Warga Negara Indonesia (WNI) Muslim di Melbourne, Australia memiliki tradisi unik saat malam Idulfitri. Mereka membagikan hadiah kepada anak-anak agar turut merasakan kebahagiaan di momen lebaran.
“Biasanya kita takbiran di masing-masing masjid. Di masing-masing center itu biasanya ada takbiran membawa anak-anak kecil, dikasih hadiah, di kasih lantern, di kasih yang menyenangkan mereka. jadi ada takbir keliling di dalam masjid itu sendiri,”ujar Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Australia Hamim Jufri dalam wawancara eksklusif pada Kamis (27/3).
Salat Idulfitri biasanya dilaksanakan dengan menyewa Aula, Sportcenter atau tempat lain yang bisa mengakomodasi banyak jamaah. Biasanya, salat idulfitri akan mulai pukul 7.30 hingga pukul 10 pagi waktu setempat.
“Karena tidak ada libur nasional di sini. Jadi, yang biasa kerja ya kembali kerja. Kalau di Indonesia kan libur, di sini tidak ada libur untuk hari raya. Tapi, sebagian besar orang-orang mengambil cuti, tapi tidak semua orang bisa cuti. Jadi, nanti masing-masing center mengadakan makan-makan bersama. Biasanya kalau jatuh pada hari sabtu atau minggu banyak yang datang karena banyak yang libur. Tapi, kalau jatuh pada hari senin atau hari selasa dan seterusnya, agak sulit, biasanya (makan-makan) diadakan pada malam harinya,” kata Hamim.
Dalam melaksanakan kegiatan ramadan, PCIM Australia berbaur dengan masing-masing komunitas muslim yang ada di berbagai masjid yang terletak di negara bagian. Di Melbourne sendiri, terdapat 3 masjid milik komunitas muslim Indonesia untuk melaksanakan beragam kegiatan keislaman.
“Di daerah utara itu namanya Surau Kita, adalah milik komunitas muslim Indonesia. Kemudian daerah barat, daerah Werribee, daerah Laverton, semua di daerah barat di-organize masjid Baitul Makmur oleh masyarakat muslim Indonesia. Kemudian di masjid Westall di daerah Westall ada masjid milik komunitas muslim Indonesia di mana PCIM Australia menjadi stakeholder. Jadi nanti kita salat sama-sama dengan komunitas muslim Indonesia di Australia,” ujarnya.
Safari Keliling bersama Imam dari Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta
Secara umum, kegiatan keislaman di Australia dan khususnya di Melbourne dari tahun ke tahun semakin semarak. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kegiatan ramadan di Australia khususnya di Melbourne adalah saatnya berbaur dengan komunitas (muslim) yang lain. PCIM Australia mendukung kegiatan-kegiatan yang berada di komunitas muslim Indonesia pada umumnya.
Turut menyemarakkan kegiatan bulan suci ramadan di negeri kangguru tersebut, PCIM Australia mengundang dua imam Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta.
“Tidak saja untuk menjadi imam tarawih, tetapi juga pengisi pengajian dan lain sebagainya di berbagai state. Dua imam yang datang dari Mu’allimin ini kemarin datang di Melbourne lalu safari keliling ke Canberra kemudian sekarang masih berada di Brisbane. Mereka keliling di berbagai negara bagian Australia untuk menyemarakan ramadan di sini,” kata dia.
PCIM Australia bersama dua imam dari Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta membantu berbagai kegiatan keislaman di Masjid-Masjid negara bagian Australia serta membangun kehangatan dengan komunitas muslim lainnya.
Masjid untuk Semua
Hamim bersyukur setiap tahunnya, penerimaan oleh masyarakat sekitar terhadap kegiatan ramadan dan idulfitri semakin positif. Pandangan ini juga dapat terwujud akibat usaha-usaha yang dilakukan oleh para muslim sendiri.
“Sebelum ramadan, ada kegiatan Open Demos. Jadi semua masjid di buka untuk umum. Orang-orang non-muslim banyak yang melihat keadaan masjid, kegiatannya dan lain sebagainya. dengan cara itu breakdown the barrier. Jadi akan menurunkan kecurgiaan dan lain sebagainya, meningkatkan kepahaman tentang islam yang benar dan lain sebagainya,” jelasnya.
Selain upaya dari komunitas muslim, semakin hari pemahaman masyarakat lokal tentang ramadan dan kegiatan keislaman lainnya semakin baik pula.
“Bahkan di beberapa sudah bisa mengakomodir untuk orang-orang muslim di tempat kerjanya untuk mendapatkan makanan halal, bisa salat di tempat kerja dan lain sebagainya gitu. Jadi, oleh orang-orang lokal, karena bagaimanapun islam dan muslim adalah minoritas jumlahnya tidak sampai 4%-an, jadi jumlahnya masih kecil sekali. Tapi alhamdulillah kegiatan keislamannya dari tahun ke tahun semakin semarak dan orang lokal juga banyak yang mulai mengerti dan paham tentang kegiatan keislaman,” terangnya.
Salah satu Masjid Indonesia juga pernah mengadakan buka bersama dengan mengundang Dewan Perwakilan setempat. Kegiatan ini mendapat respon positif dari pemerintah Australia. (Adit)