Oleh: Syafrimen (Ketua Lazismu Wilayah Lampung)
Di tengah bentangan peradaban kuno yang membentang di Afrika Utara, terdapat sebuah sungai yang tak hanya menjadi sumber kehidupan bagi Mesir, tetapi juga menjadi saksi perjalanan sejarah umat manusia, yaitu Sungai Nil. Sungai ini disebut sebagai “urat nadi kehidupan Mesir”, membawa keberkahan bagi masyarakat Mesir dan negara-negara di sekitarnya sejak ribuan tahun lalu. Bersama dengan Iskandariyah atau Aleksandria, sebuah kota pesisir yang sarat dengan makna sejarah dan kebijaksanaan, keduanya menjadi simbol kekayaan alam dan spiritual yang luar biasa.
Keberkahan yang terpancar dari Sungai Nil dan Iskandariyah bukan sekadar persoalan sumber daya alam atau kemegahan di masa lalu. Di balik aliran air yang tidak henti-hentinya, terdapat pelajaran mendalam bagi umat Islam tentang ketawakalan, perjuangan, dan makna keberkahan sejati.
Sungai Nil: Simbol Kehidupan dan Keberkahan
Sungai Nil yang membentang sejauh 6.650 km melintasi sebelas negara Afrika, menjadi sumber air utama bagi Mesir sejak zaman Firaun. Sejak ribuan tahun lalu, sungai ini menjadi tulang punggung pertanian Mesir, memastikan tanah-tanah di lembah Nil tetap subur dan mampu menghasilkan pangan bagi penduduknya.
Lebih dari itu, Sungai Nil memiliki makna spiritual yang mendalam. Dalam tradisi Islam, Sungai Nil disebut dalam hadis Nabi Muhammad SAW. Sebuah hadis riwayat Muslim menyebutkan bahwa Sungai Nil termasuk salah satu dari empat sungai yang sumbernya berasal dari surga.
“Sesungguhnya di surga ada empat sungai, yaitu Nil, Efrat, Saihan, dan Jaihan.” (HR. Muslim)
Hadis ini menjadi pengingat bagi umat Islam bahwa keberkahan yang mengalir dari Nil bukan sekadar fisik, tetapi juga bersifat ilahiah. Airnya yang melimpah bukan semata-mata karena hukum alam, tetapi karena kehendak Allah yang menjadikannya sebagai sumber kehidupan bagi manusia.
Masyarakat Mesir memahami betul makna ini. Setiap kali Sungai Nil meluap dimasa lalu, mereka tidak hanya bersyukur atas kesuburan yang diberikan, tetapi juga merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah. Air Nil mengajarkan mereka tentang ketergantungan manusia kepada Allah, sebagaimana tanaman bergantung kepada air untuk hidup dan tumbuh.
Iskandariyah: Kota Ilmu, Peradaban, dan Spiritualitas
Tidak jauh dari aliran Sungai Nil, berdirilah Iskandariyah, kota yang didirikan oleh Alexander Agung pada tahun 331 SM. Kota ini pernah menjadi pusat ilmu pengetahuan, rumah bagi Perpustakaan Besar Iskandariyah, dan tempat bertemunya lintas budaya dan agama.
Bagi umat Islam, Iskandariyah memiliki makna yang lebih dalam. Kota ini menjadi saksi penyebaran Islam di Mesir pada masa Amr bin Ash, seorang sahabat Nabi yang memimpin penaklukan Mesir.
Sejarah mencatat bagaimana Amr bin Ash, dengan kebijaksanaannya, tidak hanya membawa Islam ke Mesir tetapi juga menjaga keharmonisan antarumat beragama. Ketika Iskandariyah ditaklukkan, tidak ada penghancuran tempat ibadah atau pengusiran penduduk. Justru, Amr bin Ash membangun masjid pertama di Mesir (Masjid Amr bin Ash) yang menjadi simbol Islam yang rahmatan lil alamin.
Hingga hari ini, Iskandariyah tetap menjadi kota penting bagi umat Islam, terutama kedekatannya dengan Universitas Al-Azhar, salah satu pusat ilmu Islam terbesar di dunia. Para ulama besar, termasuk Imam Syafi’i, pernah menimba ilmu di Mesir, mengajarkan kepada kita keterkaitan antara ilmu, spiritualitas, dan keberkahan.
Pelajaran Bagi Umat Islam
Setidaknya ada tiga hal besar yang bisa menjadi renungan bagi umat Islam:
- Keberkahan Datang dari Allah
Sungai Nil mengajarkan kepada manusia bahwa segala sesuatu yang melimpah adalah titipan Allah SWT. Mesir tidak akan pernah menjadi negeri yang subur tanpa air Sungai Nil, dan air Nil tidak akan mengalir tanpa kehendak Allah SWT. Ini mengajarkan kepada kita untuk selalu bertawakal, menyandarkan segala usaha dan kerja keras kepada Allah semata.
- Ilmu sebagai Penerang Keberkahan
Iskandariyah membuktikan bahwa keberkahan tidak hanya kekayaan alam, tetapi juga ilmu pengetahuan. Islam menempatkan ilmu pada posisi yang tinggi, sebagaimana firman Allah:
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)
Seperti Sungai Nil yang menghidupi pertanian, ilmu pengetahuan menghidupi dan menuntun akal dan hati manusia.
- Peradaban Dibangun Atas Keadilan dan Keharmonisan
Amr bin Ash mengajarkan bahwa Islam hadir bukan untuk merusak, tetapi untuk membangun. Ketika menaklukkan Mesir, beliau menjaga ketertiban dan hak-hak penduduknya. Ini adalah pelajaran penting bagi umat Islam hari ini, bahwa membangun peradaban tidak bisa lepas dari prinsip keadilan, keharmonisan dan kasih sayang (tanpa memandang Suku, Bangsa dan Agama).
Menjaga Keberkahan untuk Masa Depan
Di tengah tantangan zaman modern, umat Islam harus mampu menjaga keberkahan yang telah Allah SWT titipkan saat ini kepada Mesir, meskipun kaya dengan sejarah dan sumber daya alam, masih menghadapi berbagai tantangan sosial dan ekonomi. Begitu pula Sungai Nil yang kini dihadapkan pada ancaman perubahan iklim dan perebutan sumber daya air.
Sebagai umat Islam, kita memiliki tanggung jawab moral untuk merenungkan hal ini dengan baik. Keberkahan akan terus mengalir jika kita mampu menjaga amanah Allah dengan baik dalam berbagai hal (lingkungan, keadilan, dan memanfaatkan ilmu untuk kemaslahatan umat).
Sungai Nil dan Iskandariyah mengingatkan kepada kita bahwa keberkahan bukanlah sesuatu yang datang begitu saja. Namun merupakan hasil dari ketundukan (kepatuhan) kepada Allah, kerja keras, dan kebijaksanaan.
Semoga kita semua bisa mengambil pelajaran dari Sungai Nil dan Iskandariyah. Dua simbol keberkahan yang mengajarkan manusia tentang makna kehidupan, ketawakalan, dan peradaban yang agung.