Minggu, 27 Juli 2025
  • AR
  • EN
  • IN
Muhammadiyah
  • KABAR
  • OPINI
  • HUKUM ISLAM
  • KHUTBAH
  • MEDIA
  • SEJARAH
  • TOKOH
  • ARSIP
No Result
View All Result
  • Login
Muhammadiyah
  • KABAR
  • OPINI
  • HUKUM ISLAM
  • KHUTBAH
  • MEDIA
  • SEJARAH
  • TOKOH
  • ARSIP
No Result
View All Result
  • Login
Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • KABAR
  • OPINI
  • HUKUM ISLAM
  • KHUTBAH
  • MEDIA
  • SEJARAH
  • TOKOH
  • ARSIP
Home Artikel

Mengapa Sore Hari Saat Lebaran Membuat Perasaan Tidak Normal?

by ilham
4 bulan ago
in Artikel, Berita
Reading Time: 4 mins read
A A
Mengapa Sore Hari Saat Lebaran Membuat Perasaan Tidak Normal?

Lebaran akhirnya tiba, dan suasana riang gembira menyelimuti kampung. Pagi itu, aroma ketupat bercampur kuah opor ayam menguar dari dapur; pakaian baru tersusun rapi dengan setrikaan kinclong; dan toples-toples kudapan ringan berjejer manis di meja tamu, siap menyambut siapa saja yang bertandang.

Semua tampak sempurna, kecuali di rumah Bu Elis Markonah, ibunya Imron Rivaldi. Pagi Lebaran yang seharusnya penuh damai malah diwarnai ekspresi was-was di wajah Bu Elis. Imron, sang anak, belum juga pulang dari masjid, padahal waktu salat Id sudah di depan mata.

Dengan langkah tegas bercampur dongkol, Bu Elis menyusul ke masjid, dan apa yang ditemuinya? Imron tertidur pulas di pojokan, ditemani suara takbir yang kini hanya jadi latar samar. Tanpa basa-basi, ia menyiram Imron dengan air sambil mengomel, “Bangun, Lebaran kok malah molor!”

Imron tersentak. Matanya merah, badannya lelet bergerak. Bukan tanpa alasan. Semalaman ia larut dalam euforia takbir keliling, ngobrol seru bareng temen masa kecil, plus mabar Mobile Legends di serambi masjid sampai subuh. Total waktu tidurnya hanya satu setengah jam, itu pun penuh mimpi aneh tentang ketupat terbang yang jadi kendaraan makhluk luar angkasa.

MateriTerkait

Diaspora Muhammadiyah dan Agenda Strategis Keumatan di Era Global

Konsolidasi Nasional LKKS PP Muhammadiyah: Langkah Strategis Diaspora Muhammadiyah

Islam, Budaya, dan Globalisasi: Membaca Ulang Fikih Kebudayaan

Dengan setengah sadar, Imron bergegas mandi, memakai baju koko baru yang kece abis, lalu berangkat ke lapangan SMP Muhammadiyah, tempat salat Id digelar. Ia memilih jalan kaki bareng rombongan, sengaja melambatkan langkah untuk menikmati nostalgia masa-masa kecil.

Di sepanjang jalan, Imron memandang pohon-pohon yang berdiri tegak, tak bergoyang sedikit pun. Teringat video TikTok yang pernah dilihatnya bahwa pagi hari Lebaran selalu tenang, angin seperti pada libur. Dan memang, pagi itu sunyi, damai, seperti alam ikut khusyuk menyambut hari kemenangan.

Pukul 06:20 WIB, Imron sudah duduk bersila di lapangan. Sesekali ia menoleh ke belakang, bukan untuk mencari teman, tapi, jujur saja, mencuri pandang ke deretan hijabers dengan jilbab warna-warni. Matanya sibuk mencari Dinda Hafsah Mewangi, junior di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang katanya punya senyum manis. Sayang, tak ketemu.

Salat Id pun dimulai, dan Imron khusyuk mengikuti, meski sesekali pikirannya melayang ke opor ayam yang menanti di rumah.

Usai salat, khatib naik mimbar. Ada kalimat yang nyantol di kepala Imron: “Ungkapan tattaqun dalam Surah Al-Baqarah ayat 183 bukan takwa sebagai gelar, tapi proses menuju perilaku lebih baik. Takwa itu perjalanan, bukan stempel.” Dalam hati Imron bergumam, “Wah, dalem banget.”

Khutbah selesai, jamaah berbaris saling maaf-maafan. Terlihat mengular panjang, semua orang berjejer. Tapi Imron memilih kabur pulang karena nanti di kampung ketemu lagi. Sesuai sunnah, ia pulang lewat jalan berbeda.

Sampai rumah, Imron bersalaman hangat dengan Pak Engkos Kosasih, ayahnya, Bu Elis, dan adiknya, Ilyas Ibrahim. Suasana rumah penuh kehangatan dan kebersamaan. Imron langsung menyantap opor buatan Bu Elis, lahap banget, saking enaknya, saking endolnya.

Siang menjelang, saatnya bagi-bagi THR dari paman dan bibi. Tapi tiga tahun terakhir ini, Imron tidak mendapatkan jatah THR karena dianggap bukan anak kecil lagi. Padahal, di usia 20 tahunan, ia merasa justru paling berhak.

Tiba-tiba, suasana riuh reda. Keluarga Dinda Hafsah Mewangi datang bertamu. Jantung Imron langsung kencang. Dinda muncul dengan gamis nyaris sempurna, aura muslimah spek “yali yalili” terpancar jelas. Mata mereka bertemu, Dinda malu-malu, Imron salah tingkah.

“Wah, Imron udah gede ya,” ujar Pak Bambang Setiadi, ayah Dinda.

“Iya, kayaknya udah siap nikah nih,” goda Bu Aisyah Halimah, ibunya Dinda.

“Alhamdulillah, silakan dinikmati,” balas Bu Elis, entah maksudnya makanan atau Imron karena suasana sudah sangat kikuk sekali tidak terkontrol.

Imron cuma bisa nyengir kaku, tangannya sibuk memainkan sendok kosong, pura-pura sibuk ngaduk teh yang sudah habis. Dinda, di sisi lain, sibuk menunduk, pura-pura memperhatikan motif karpet, padahal pipinya sudah merona merah.

Setelah prosesi silaturahmi ke tetangga dan orang-orang di kampung, Imron merasa kelelahan. Badannya lelet, matanya berat, dan pikirannya masih penuh dengan bayang-bayang Dinda. Ia memutuskan tidur siang, berbaring di kasur sambil memeluk guling.

Perlahan, Imron terlelap. Dalam mimpi, ia bertemu Dinda di tengah ladang ketupat raksasa. Dinda tersenyum manis, lalu tiba-tiba ketupat-ketupat itu berubah jadi UFO dan membawanya terbang. “Lagi-lagi mimpi aneh,” pikir Imron dalam tidurnya, tapi ia pasrah menikmati.

Tiba-tiba, sore hari menjelang. Imron terbangun dengan kepala pening dan rasa haus yang luar biasa. Ia sadar sudah Lebaran, bukan Ramadan lagi, jadi buru-buru mengambil segelas air dingin dari kulkas dan meneguknya sampai habis. “Hidup kok rasanya beda ya,” gumamnya sambil mengucek mata.

Imron melangkah ke depan rumah, memandang jalanan kosong, dan merasa ada yang hilang. Perasaan itu benar-benar tidak normal. Sore hari Lebaran seperti membawa kehampaan yang aneh, campuran lega karena puasa selesai, tapi juga kosong karena rutinitas sebulan penuh tiba-tiba lenyap.

Tak ada anak-anak yang biasanya berlarian membawa mangkok untuk minta takjil ke tetangga, tak ada remaja yang nongkrong di pinggir jalan sambil main gitar dan nyanyi lagu galau, tak ada ibu-ibu yang buru-buru pulang dari pasar dengan plastik berisi kolang-kaling.

Masih dengan perasaan tidak normal, Imron duduk di teras, memandang langit yang mulai jingga. Awan-awan tipis bergerak pelan, seolah tak punya tujuan, mirip seperti perasaannya saat ini. Angin sore bertiup sepoi-sepoi, membawa aroma samar ketupat dan rendang dari rumah tetangga, tapi entah kenapa, semua itu tak lagi terasa istimewa.

Tiba-tiba, suara adzan Maghrib menggema dari masjid di ujung kampung. Lantunan “Allahu Akbar” yang khas itu terdengar merdu, dibawa angin hingga masuk ke telinga Imron. Biasanya, di bulan Ramadan, suara ini adalah puncak penantian seharian.

Tapi kini? Sepi. Tak ada rutinitas buka puasa yang meriah lagi. Meja makan di dalam rumah hanya diam memandangnya, penuh sisa opor dan ketupat yang sudah tak disentuh sejak siang. Imron menghela napas panjang, merasa ada lubang kosong di dadanya yang tak bisa dijelaskan.

Dengan langkah gontai, Imron memutuskan pergi ke masjid. Bukan karena semangat ibadah yang tiba-tiba membuncah, tapi lebih karena rasa kehampaan yang mendorongnya mencari sesuatu, entah apa. Ia berjalan pelan menyusuri jalan setapak.

Sepanjang perjalanan, Imron memandang rumah-rumah tetangga. Jendela-jendela terbuka, tapi tak ada suara ceria seperti biasanya. Lampu-lampu mulai menyala perlahan, menyambut malam pertama Lebaran, tapi suasananya tetap terasa hampa di matanya. “Ini Lebaran atau bukan, sih?”

Sampai di masjid, Imron disambut pemandangan yang kontras dengan perasaannya. Masjid masih ramai, seperti biasa. Jamaah berpakaian rapi, baju koko putih, sarung bermotif, dan peci hitam, berbaris rapi mengikuti salat Maghrib. Semua tampak hidup, penuh semangat, seperti masjid yang sama yang ia kenal sepanjang Ramadan. Tapi entah kenapa, di hati Imron, ada perasaan yang tidak normal.

Mungkin euforia Ramadan itu sendiri, penantian buka puasa, kebersamaan ngabuburit, atau bahkan candaan kecil soal siapa yang paling cepat habisin takjil. Lebaran, yang seharusnya jadi puncak kemenangan, malah terasa seperti akhir dari sebuah petualangan panjang, meninggalkan Imron dengan kekosongan yang tak ia duga.

Usai salat, Imron duduk sebentar di serambi masjid, memandang jamaah yang mulai berpencar. Ada yang buru-buru pulang, ada yang masih mengobrol santai sambil menikmati kopi dari termos yang dibawa Pak Lurah. Imron memandang langit yang kini sudah gelap, bintang-bintang mulai bermunculan di antara sisa-sisa jingga yang memudar.

“Semoga tahun depan bisa bertemu denganmu kembali, Yaa Ramadan. Baru aja ditinggal, udah rindu lagi.”

#KontrakanImron

ShareTweetSendShareShare
Previous Post

Pelaksanaan Salat Idulfitri Sebaiknya Dihadiri oleh Semua Umat Islam

Next Post

Muhammadiyah Berhasil Inisiasi Lembaga Zakat

Baca Juga

Diaspora Muhammadiyah dan Agenda Strategis Keumatan di Era Global
Berita

Diaspora Muhammadiyah dan Agenda Strategis Keumatan di Era Global

27/07/2025
Konsolidasi Nasional LKKS PP Muhammadiyah: Langkah Strategis Diaspora Muhammadiyah
Berita

Konsolidasi Nasional LKKS PP Muhammadiyah: Langkah Strategis Diaspora Muhammadiyah

27/07/2025
Salah satu contoh budaya lokal yang digunakan sebagai media dakwah Islam
Berita

Islam, Budaya, dan Globalisasi: Membaca Ulang Fikih Kebudayaan

26/07/2025
Haedar Nashir Dorong Kolaborasi Majukan Sarana Prasarana Umat
Berita

Haedar Nashir Dorong Kolaborasi Majukan Sarana Prasarana Umat

26/07/2025
Next Post
Tiga Makna Zakat

Muhammadiyah Berhasil Inisiasi Lembaga Zakat

Tradisi Berbagi Hadiah Saat Malam Takbiran di Australia

Tradisi Berbagi Hadiah Saat Malam Takbiran di Australia

Apakah Berdoa Harus Mengangkat Kedua Tangan?

Khutbah Idulfitri: Melunasi Janji kepada Allah, Sesama, dan Diri Sendiri

BERITA POPULER

  • Cerita Sekretaris PWM Jatim Diminta Pemuka Agama Katolik Mendirikan Kampus Muhammadiyah di Papua Tengah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Status Nasab dan Tanggungjawab Anak Hasil Zina Ketika Orang Tua Tidak Menikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KOKAM dan Polri Sinergi Wujudkan Ketahanan Pangan Nasional

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mahasiswa UMJ Viral Usai Jadi Ketua RT: Gen Z Siap Pimpin Masyarakat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bolehkah Menikahi Perempuan dalam Kondisi Hamil?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Muhammadiyah Buka Seleksi Beasiswa Al-Azhar Mesir 2025

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tiga Pesan Haedar Nashir untuk KOKAM

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kemenhut RI dan Muhammadiyah Sinergikan Riset dan Pengelolaan Hutan Berkelanjutan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Muhammadiyah Bakal Mendirikan Universitas di Provinsi Papua Selatan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Majelis

  • Tarjih dan Tajdid
  • Tabligh
  • Diktilitbang
  • Dikdasmen dan PNF
  • Pembinaan Kader dan SDI
  • Pembinaan Kesehatan Umum
  • Peminaan Kesejahteraan Sosial
  • Ekonomi, Bisnis dan Pariwisata
  • Pendayagunaan Wakaf
  • Pemberdayaan Masyarakat
  • Hukum dan HAM
  • Lingkungan Hidup
  • Pustaka dan Informasi

Lembaga

  • Pengembangan Pesantren
  • Pengembangan Cabang Ranting
  • Kajian dan Kemitraan Strategis
  • Pembinaan dan Pengawasan Keuangan
  • Resiliensi Bencana
  • Amil Zakat, Infak dan Sedekah
  • Pengembang UMKM
  • Hikmah dan Kebijakan Publik
  • Seni Budaya
  • Pengembangan Olahraga
  • Hubungan dan Kerjasama Internasional
  • Dakwah Komunitas
  • Pemeriksa Halal dan KHT
  • Pembinaan Haji dan Umrah
  • Bantuan Hukum dan Advokasi Publik

Biro

  • Pengembangan Organisasi
  • Pengelolaan Keuangan
  • Komunikasi dan Pelayanan Umum

Ortom

  • Aisyiyah
  • Pemuda Muhammadiyah
  • Nasyiatul Aisyiyah
  • Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
  • Ikatan Pelajar Muhammadiyah
  • Tapak Suci Putra Muhammadiyah
  • Hizbul Wathon

Wilayah Sumatra

  • Nanggroe Aceh Darussalam
  • Sumatra Utara
  • Sumatra Selatan
  • Sumatra Barat
  • Bengkulu
  • Riau
  • Kepulauan Riau
  • Lampung
  • Jambi
  • Bangka Belitung

Wilayah Kalimantan

  • Kalimantan Barat
  • Kalimantan Timur
  • Kalimantan Selatan
  • Kalimantan Tengah
  • Kalimantan Utara

Wilayah Jawa

  • D.I. Yogyakarta
  • Banten
  • DKI Jakarta
  • Jawa Barat
  • Jawa Tengah
  • Jawa Timur

Wilayah Bali &

Kepulauan Nusa Tenggara

  • Bali
  • Nusa Tenggara Barat
  • Nusa Tenggara Timur

Wilayah Sulawesi

  • Gorontalo
  • Sulawesi Barat
  • Sulawesi Tengah
  • Sulawesi Utara
  • Sulawesi Tenggara
  • Sulawesi Selatan

Wilayah Maluku dan Papua

  • Maluku Utara
  • Maluku
  • Papua
  • Papua Barat
  • Papua Barat daya

Cabang Istimewa

  • PCIM Kairo Mesir
  • PCIM Iran
  • PCIM Sudan
  • PCIM Belanda
  • PCIM Jerman
  • PCIM United Kingdom
  • PCIM Libya
  • PCIM Malaysia
  • PCIM Prancis
  • PCIM Amerika Serikat
  • PCIM Jepang
  • PCIM Tunisia
  • PCIM Pakistan
  • PCIM Australia
  • PCIM Rusia
  • PCIM Taiwan
  • PCIM Tunisia
  • PCIM TurkI
  • PCIM Korea Selatan
  • PCIM Tiongkok
  • PCIM Arab Saudi
  • PCIM India
  • PCIM Maroko
  • PCIM Yordania
  • PCIM Yaman
  • PCIM Spanyol
  • PCIM Hongaria
  • PCIM Thailand
  • PCIM Kuwait
  • PCIM New Zealand

Kategori

  • Kabar
  • Opini
  • Hukum Islam
  • Khutbah
  • Media
  • Tokoh

Tentang

  • Sejarah
  • Brand Guideline

Layanan

  • Informasi
  • KTAM

Ekosistem

  • Muhammadiyah ID
  • MASA
  • EventMu
  • BukuMu
  • SehatMu
  • KaderMu
  • LabMu

Informasi

  • Redaksi
  • Kontak
  • Ketentuan Layanan
© 2025 Persyarikatan Muhammadiyah

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • AR icon bendera arab
  • EN
  • ID bendera indonesia
  • Home
  • Organisasi
    • Anggota Pimpinan Pusat
    • Keputusan Muktamar Ke-48
      • Risalah Islam Berkemajuan
      • Isu – Isu Strategis Keumatan, Kebangsaan dan Kemanusiaan Universal
      • Keputusan Lengkap
    • Majelis
      • Majelis Tarjih dan Tajdid
      • Majelis Tabligh
      • Majelis Diktilitbang
      • Majelis Dikdasmen dan PNF
      • Majelis Pembinaan Kader dan SDI
      • Majelis Pembinaan Kesehatan Umum
      • Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial
      • Majelis Ekonomi, Bisnis dan Pariwisata
      • Majelis Pendayagunaan Wakaf
      • Majelis Pemberdayaan Masyarakat
      • Majelis Hukum dan HAM
      • Majelis Lingkungan Hidup
      • Majelis Pustaka dan Informasi
    • Lembaga
      • Lembaga Pengembangan Pesantren
      • Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid
      • Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis
      • Lembaga Pembinaan dan Pengawasan Keuangan
      • Lembaga Resiliensi Bencana
      • Lembaga Amil Zakat, Infak dan Sedekah
      • Lembaga Pengembang UMKM
      • Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik
      • Lembaga Seni Budaya
      • Lembaga Pengembangan Olahraga
      • Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional
      • Lembaga Dakwah Komunitas
      • Lembaga Pemeriksa Halal dan KHT
      • Lembaga Pembinaan Haji dan Umrah
      • Lembaga Bantuan Hukum dan Advokasi Publik
    • Biro
      • Biro Pengembangan Organisasi
      • Biro Pengelolaan Keuangan
      • Biro Komunikasi dan Pelayanan Umum
    • Profil
      • AD/ ART Muhammadiyah
      • Sejarah Muhammadiyah
      • Lagu Sang Surya
      • Organisasi Otonom
      • Cabang Istimewa/Luar Negeri
    • Ideologi
      • Muqodimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
      • Masalah Lima
      • Kepribadian Muhammadiyah
      • Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah
      • Khittah Muhammadiyah
      • Langkah Muhammadiyah
    • Daftar Anggota
  • Opini
    • Budaya Lokal
    • Filantropi & Kesejahteraan Sosial
    • Pemberdayaan Masyarakat
    • Lingkungan & Kebencanaan
    • Masyarakat Adat
    • Milenial
    • Moderasi Islam
    • Resensi
  • Hikmah
  • Hukum Islam
  • Khutbah
    • Khutbah Jumat
    • Khutbah Gerhana
    • Khutbah Nikah
    • Khutbah Idul Adha
    • Khutbah Idul Fitri
  • Tokoh
  • Kabar
    • Internasional
    • Nasional
    • Wilayah
    • Daerah
    • Ortom
  • Galeri
    • Foto
  • Login

© 2025 Persyarikatan Muhammadiyah - Cahaya Islam Berkemajuan.