MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANTUL – Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Nazaruddin Malik mengungkapkan penerapan ekonomi islam ideal bagi Muhammadiyah adalah social enterprise.
“Sociopreneurship itu gaya kepemimpinnya berorientasi sosial dan kemaslahatan dan lebih mengedepankan profesionalisme. Kalau professional itu akuntabel, berani transparan,” jelas Nazaruddin.
Hal itu disampaikannya dalam Pengajian Ramadan 1446 H Pimpinan Pusat Muhammadiyah 1446 H “Pengembangan Wasathiyah Islam Berkemajuan dalam Muhammadiyah: Tinjauan Ekonomi” pada Selasa (4/3) di Ballrom Student Dormitory Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Menurutnya, dalam praktik sociopreneurship, alarm sesungguhnya ada pada pemimpin-pemimpin AUM (Amal Usaha Muhammadiyah) itu sendiri. Pemimpin AUM baiknya berpikir untuk berbagi dan membantu AUM-AUM lainnya, tidak terpaku pada AUM sendiri.
“Kita juga sebenarnya bisa mempraktekkan pengelolaan investasi sebagai ekses dari surplus di AUM tadi itu di lembaga pendidikan, di lembaga kesehatan,”imbuhnya.
Nazaruddin menilai tantangan pertama dalam mengelola AUM adalah isu ownership. Publik akan memperhatikan keberhasilan maupun kegagalan dari AUM yang merupakan usaha milik persyarikatan. Ada larangan kalau memegang usaha persyarikatan untuk tidak coba-coba mencuil keuntungan usaha demi pribadi.
Untuk mencegah hal tersebut, pemimpin AUM tidak lupa akan pentingnya menjadi suri tauladan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
“Berada pada posisi berpikir untuk kemaslahatan sehingga tidak tergoda. Profesionalitas leadership manajerial yang dimiliki oleh para pemimpin AUM (Amal Usaha Muhammadiyah) sangat penting untuk menegakkan bagaimana orientasi kemaslahatan itu lebih kuat tertanam sebagai bagian dari ekses pengkaderan yang ada di dalam diri kita,” imbuhnya.
Oleh sebab itu, ia mengandaikan Muhammadiyah sebagai tempat yang baik dimana kita bisa membuat perilaku beragama dapat bersenyawa dengan tindak tanduk kita di dalam memimpin AUM maupun kehidupan sehari-hari.
“Karena itulah sebenarnya trigger (pemicu) utama untuk bisa berhasil membawa AUM bisa surplus. Kemudian surplusnya di tata dengan hati-hati, diinvestasikan lagi, dan menyebar ke seluruh titik-titik gerakan Muhammadiya lainnya tidak terbatas di manapun wilayah geografisnya. Ini cita-cita pentingnya itu sebenarnya,” tuturnya. (Adit)