MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Mengisi kajian jelang Tarawih di Masjid Kampus Universitas Gadjah Mada pada Rabu malam (19/3), Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia (Mendikdasmen RI) Abdul Mu’ti memaparkan tiga landasan utama dalam membangun pendidikan dan upaya mewujudkan dan membentuk generasi emas 2045.
“Kalau kita berbicara mengenai pendidikan dan hubungannya dengan generasi emas 2045 kita memiliki landasan yang bersifat teologis, konstitusional, dan juga strategis,” ucap Mu’ti dalam membuka kajiannya.
Landasan Teologis: Perintah Untuk Belajar yang Tercermin dalam Wahyu Pertama Al Quran
Berbicara tentang wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah saw yaitu Surat Al Alaq 1-5, Mu’ti memaparkan bahwa didalamnya mengandung prinsip yang begitu kuat, bagaimana Allah dalam wahyu tersebut memperkenalkan dirinya sebagai tuhan yang maha memelihara, mengasuh, dan mendidik.
“Surat Al Alaq didalamnya mengandung prinsip-prinsip yang berkaitan dengan pendidikan dimana perintah pertamanya adalah Iqra (membaca),”jelasnya.
“Juga dapat diambil kata tarbiyah yang sering diterjemahkan sebagai pendidikan rabba yurabbi tarbiyatan, yang dari situ pula kita bisa melihat secara historis bagaimana wahyu pertama itu menjadi fondasi rasulullah dalam membangun peradaban Islam,” tambah Mu’ti.
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah ini menegaskan bahwa fondasi teologis inilah yang menjadi bagian penting dari bagaimana Islam meletakkan dasar dasar peradaban itu diatas fondasi tauhid, diatas fondasi ilmu, dan kemudian menjadikan ilmu dan tauhid itu sebagai supremasi dalam peradaban umat manusia.
Landasan Konstitusional: Layanan Pendidikan untuk Semua, Pendidikan Bermutu, dan Pendidikan yang Berkualitas
Dalam konteks kita berbangsa dan bernegara atau juga secara konstitusional kita memahami betul bahwa sejak awal negara ini berdiri tujuannya adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pada hal tersebut Mu’ti meyakini bahwa bangsa yang berjaya merupakan bangsa yang memiliki warga yang cerdas berilmu, kompeten, dan memiliki wawasan dan ilmu pengetahuan yang luas.
“Bangsa-bangsa akan berjaya apabila masyarakatnya, warga negaranya adalah orang-orang yang cerdas dan berilmu, orang-orang yang kompeten, wawasan yang luas, ilmu pengetahuan yang tinggi,” ucapnya.
Atas landasan itulah kemudian Mu’ti mengajak kita semua untuk perlu memahami tentang bagaimana negara memiliki tanggung jawab yang besar untuk menciptakan layanan pendidikan yang baik dan berkualitas.
“Pendidikan yang bermutu akan melahirkan peserta didik yang bermutu, pendidikan yang berkualitas akan melahirkan murid-murid dan generasi yang berkualitas,” ungkapnya.
“Di undang-undang disebutkan, setiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran, dan setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan (education for all) yang berkualitas, pendidikan yang bermutu,” imbuh Mu’ti.
Landasan Strategis: Peran Pendidikan dalam Regenerasi dan Mewujudkan Visi Suatu Bangsa
Sementara poin ketiga yang disampaikan Mu’ti adalah tentang landasan strategis dalam membangun pendidikan.
Dalam hal ini, Mu’ti menyebut bahwa pendidikan merupakan prioritas besar dalam memajukan sebuah bangsa.
“Kita perlu memahami betul bagaimana peran pendidikan itu memungkinkan terjadinya proses regenerasi suatu bangsa bahkan pendidikan itu pula merupakan bagian dari social engineering (rekayasa sosial) kemana bangsa itu akan menuju,” pungkasnya.
Merujuk pada hal tersebut, Mu’ti mengarahkan penjelasannya pada cita-cita bangsa Indonesia tentang Generasi Emas 2045. Maka pendidikan juga perlu diletakkan sebagai proses yang berkelanjutan untuk mewujudkan serta membangun generasi yang kuat.
“Kalau kita bicara Indonesia 2045, maka kita akan berbicara indonesia 20 tahun kedepan dan wajah Indonesia 2045 itu bisa kita lihat dari mereka yang sekarang belajar di bangku taman kanak-kanak, dan di bangku sekolah dasar. Itulah potret generasi 2045 yang dapat dilihat dari generasi kita pada saat ini,” terang Mu’ti.
“Ada yang mengkritik generasi 2045 itu jangan-jangan bukan generasi emas, tetapi generasi cemas. Maka, kalau kita bicara bagaimana strategi untuk membangun pendidikan, tentu kita perlu memahami bahwa pendidikan itu harus diletakkan sebagai proses yang terus menerus yang dilakukan untuk membangun generasi yang kuat,” ujar Mu’ti.
Dengan demikian, Mu’ti menegaskan bahwa membangun generasi emas 2045 bukan sekadar wacana, tetapi sebuah tanggung jawab bersama yang memerlukan kesadaran kolektif.
Landasan teologis, konstitusional, dan strategis harus menjadi pedoman dalam merancang sistem pendidikan yang tidak hanya mencerdaskan, tetapi juga membentuk karakter, membangun peradaban, serta menyiapkan generasi yang siap menghadapi tantangan masa depan. (bhisma)