MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Muhammadiyah sejak awal berdirinya hadir sebagai gerakan pemurnian agama yang bertujuan menjadikan Islam sebagai solusi atas berbagai persoalan sosial. Hal ini disampaikan oleh dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Ahmad Norma Permata, dalam Pengajian Ramadan 1446 H yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada Senin (3/3).
Kegiatan yang berlangsung di UMY Student Dormitory, ini mengangkat tema besar “Pengembangan Wasathiyah Islam Berkemajuan: Tinjauan Teologis, Ideologis, dan Praksis.” Dalam kesempatan tersebut, Ahmad Norma Permata mengulas satu aspek penting, yaitu Muhammadiyah wasathiyah dalam perspektif historis.
“Berislam itu perlu berwasathiyah, dan kita memiliki sejarah Islam yang sangat panjang. Wasathiyah dalam Muhammadiyah dikaji secara historis membahas bagaimana sikap dan strategi gerakan ini dapat menjaga keseimbangan antara keberagaman, kepedulian sosial, serta pendekatan high politics yang non-konfrontatif terhadap kekuasaan,” ujar Norma.
Karakteristik Islam Asia Tenggara
Peradaban Islam telah memiliki peran yang signifikan dalam perkembangan kehidupan dunia. Demikian pula dengan Muhammadiyah, yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan, kini telah berkembang menjadi organisasi Islam besar dengan kontribusi penting bagi kemajuan bangsa, bahkan dalam skala global.
Dalam kajiannya, Norma menjelaskan secara historis bahwa Islam masuk ke Asia Tenggara sekitar tahun 1200-an melalui jalur perdagangan yang dibawa oleh para pedagang, faqih, dan sufi.
“Masuknya Islam di Asia Tenggara ini memiliki karakteristik yang unik. Padahal, pada awalnya wilayah ini sangat identik dengan agama Hindu dan Buddha,” paparnya.
Seiring dengan pesatnya perkembangan Islam di kawasan ini, Norma menyebut bahwa umat Muslim di Asia Tenggara pada saat ini mampu berdiri sejajar dengan umat Muslim di wilayah lain.
“SetiapMuslim di berbagai belahan dunia memiliki potensi dan kontribusinya sendiri bagi peradaban Islam. Ketika Islam di Asia Tenggara kini telah diakui memiliki keistimewaan dan memiliki keunikan tersendiri, maka Muslim di kawasan ini dapat berperan sejajar dengan Muslim dari kawasan lain. Berdasarkan karakteristiknya, kita di Asia Tenggara ini mewarisi sikap moderat dan tradisi harmoni,” jelas Norma.
Dengan potensi besar yang dimiliki Muslim di kawasan Asia Tenggara, Norma menegaskan bahwa inilah nilai yang dapat ditawarkan kepada peradaban dunia saat ini.
“Islam Wasathiyah sebagai Islam penengah sangat relevan diterapkan dalam karakteristik Islam di Asia Tenggara. Kita perlu menunjukkan bahwa kita bukan sekadar ‘anak bungsu’ dalam peradaban Islam, melainkan memiliki nilai-nilai luhur yang dapat menjadi landasan dalam membangun peradaban dunia melalui karakter Islam yang moderat dan harmonis,” pungkasnya. (bhisma)