Nuzulul Quran merupakan peristiwa agung yang menandai awal mula turunnya wahyu Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril.
Nuzulul Quran sendiri memiliki arti “turunnya Al-Quran.” Peristiwa ini menjadi momen penting yang menandai kerasulan Nabi Muhammad SAW dan awal penyebaran Islam. Turunnya Al-Quran menjadi awal dari dakwah Islam yang disampaikan Nabi Muhammad SAW kepada umat manusia untuk membawa mereka kepada jalan yang benar.
Dalam tradisi Islam, Nuzulul Quran diperingati setiap tanggal 17 Ramadan dengan berbagai kegiatan keagamaan seperti tadarus, pengajian, dan kajian khusus mengenai Alquran. Namun, sedikit yang menyadari bahwa penetapan tanggal ini masih menjadi perdebatan di kalangan ulama.
Dua Tahap Turunnya Al-Quran
Menurut Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Tafsir, yang mengutip pendapat dari Imam At-Thabari, seorang Syaikhul Mufassirin terkemuka menjelaskan bahwa Al-Quran diturunkan dalam dua tahap. Tahap pertama, Al-Quran diturunkan secara utuh atau “jumlatan wahidatan” dari Lauh Mahfuz ke langit dunia pada malam Lailatul Qadar di sepuluh malam terakhir Ramadan.
“Inilah yang disebut penurunan dalam bentuk keseluruhan yang berada di langit dunia sebelum diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW,” kata Tafsir dalam Pengajian Nuzulul Quran Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah.
Tahap kedua, Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW selama 23 tahun masa kerasulan beliau. Proses ini terjadi untuk menjawab berbagai persoalan yang muncul dalam kehidupan masyarakat pada masa itu dan memberikan bimbingan secara bertahap. Dengan demikian, penetapan 17 Ramadan dianggap sebagai momen di mana Al-Quran mulai turun dari langit dunia kepada Nabi Muhammad SAW secara bertahap.
Pembahasan Mengenai Tanggal 17 Ramadan
Dalam Alquran dan hadis, dijelaskan bahwa Alquran turun pada malam Lailatul Qadar di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. Ayat ke-185 dalam Surat Al-Baqarah menyebutkan tentang keutamaan bulan Ramadan, sementara Surat Al-Qadr menjelaskan bahwa malam tersebut lebih baik daripada seribu bulan. Hal ini juga diperkuat oleh hadis riwayat Bukhari dan Muslim yang berbunyi: “Iltamisuha fil `asyril awakhir fil witri” yang artinya: “Carilah Lailatul Qadar di sepuluh hari akhir yang ganjil dari bulan Ramadan.”
Namun, Tafsir menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan penurunan Al-Quran pada Lailatul Qadar adalah penurunan dalam bentuk utuh dari Lauh Mahfuz ke langit dunia, bukan kepada Nabi Muhammad SAW.
“Yang turun kepada Nabi Muhammad pada tanggal 17 Ramadan adalah bagian pertama dari Al-Quran yang disampaikan secara bertahap, sehingga yang dimaksud dengan Nuzulul Quran pada 17 Ramadan adalah Alquran mulai turun dari langit dunia kepada Nabi Muhammad, tidak dalam jumlatan wahidatan tapi secara berangsur-angsur,” pungkasnya
Penetapan tanggal 17 Ramadan juga diyakini sebagai peringatan dimulainya proses penurunan wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW di Gua Hira, yaitu lima ayat pertama dari Surat Al-Alaq. Ini juga dikuatkan oleh penafsiran atas Surat Al-Anfal ayat ke-41 yang mengaitkan tanggal tersebut dengan kemenangan umat Islam dalam Perang Badar yang terjadi pada 17 Ramadan.
Tafsir menyebut bahwa “yaumul furqan” dalam ayat ini diartikan sebagai hari bertemunya dua pasukan besar, yaitu pasukan Muslim dan kafir Quraisy.
Menurut beberapa ulama, kaitan antara Perang Badar dan penetapan tanggal 17 Ramadan sebagai Nuzulul Quran ialah menjadi simbol bahwa turunnya Al-Quran bukan hanya sebagai wahyu ilahi, tetapi juga sebagai penegasan bahwa perjuangan untuk menegakkan kebenaran harus dilakukan dengan kesabaran dan kekuatan iman.
Peringatan Nuzulul Quran di Indonesia
Meskipun penetapan tanggal ini masih menuai perdebatan, sebagian besar umat Islam tetap memperingatinya dengan tujuan menghayati proses turunnya Al-Quran dan mengambil hikmah dari perjuangan dakwah Nabi Muhammad SAW.
Dalam perspektif modern, peringatan Nuzulul Quran dapat menjadi momentum untuk mengingatkan kembali umat Islam tentang pentingnya pemahaman yang mendalam terhadap Alquran dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, Alquran seharusnya menjadi pedoman moral dan spiritual yang selalu relevan sepanjang zaman.
Di Indonesia, peringatan Nuzulul Quran telah menjadi tradisi yang dirayakan dengan berbagai kegiatan keagamaan. Pengajian, ceramah, tadarus Alquran, dan diskusi keislaman menjadi aktivitas utama dalam menyambut malam Nuzulul Quran. Peringatan ini tidak hanya menjadi momen religius, tetapi juga sebagai upaya untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah dan mengingatkan umat untuk memperdalam pemahaman serta pengamalan Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. (ain)