MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Rahmadi Wibowo, menyampaikan ceramah bertema “Apa Itu Iman?” dalam kajian berbuka puasa di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada Sabtu (1/3).
Dalam pemaparannya, Rahmadi menjelaskan bahwa iman tidak hanya sekadar definisi, tetapi juga pengalaman yang dihayati setiap individu. “Iman bukan hanya soal kita memahami agama, tetapi juga bagaimana kita menjalankannya. Setiap orang memiliki pengalaman berbeda dalam mendalami agama,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan pentingnya iman sebagai landasan utama dalam ajaran Islam. Mengutip Surat An-Nisa ayat 136, Rahmadi menyatakan, “Barang siapa yang tidak beriman kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, dan hari akhir, maka ia telah tersesat jauh.”
Rahmadi menambahkan bahwa kehilangan hidayah iman menyebabkan kehidupan seseorang menjadi tidak bermakna, seraya menganalogikan hal tersebut sebagai tersesat di jalan tanpa petunjuk.
Rahmadi juga menyoroti kebiasaan umat Islam memohon hidayah dalam setiap salat. “Seorang muslim yang baik meminta petunjuk kepada Allah sebanyak 17 kali sehari melalui Surat Al-Fatihah, tepatnya pada ayat ‘Ihdinas shiratal mustaqim’ yang terdapat pada ayat keenam,” katanya.
Pada segmen berikutnya, ia menegaskan bahwa iman merupakan prinsip pokok yang tidak dapat diperdebatkan. Merujuk pada Risalah Islam Berkemajuan, ia membedakan antara usul (dasar) dan furu (cabang) dalam agama.
“Iman kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, hari akhir, serta qada dan qadar adalah usul yang mutlak. Jika seseorang tidak mempercayainya, ia dianggap keluar dari agama menurut para ulama,” tegasnya. Ia membedakan hal ini dengan perbedaan pendapat dalam furu, seperti tata cara salat atau penentuan awal Ramadan, yang masih dapat ditoleransi.
Rahmadi kemudian menjelaskan bahwa Islam adalah dinul amal, agama yang menekankan perbuatan sebagai wujud iman. “Iman dan amal tidak dapat dipisahkan. Seperti hubungan suami-istri, cinta harus dibuktikan dengan perbuatan, misalnya memberikan nafkah. Tanpa perbuatan, keimanan itu patut dipertanyakan,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa sumber iman harus berasal dari Al-Qur’an dan Sunah. “Kepercayaan di luar itu, seperti terhadap gendruwo atau tuyul, harus dikembalikan kepada ajaran pokok. Al-Qur’an hanya menyebut malaikat, jin, setan, dan iblis sebagai makhluk halus,” tuturnya, seraya mengingatkan agar umat Islam tidak terjebak pada kepercayaan yang tidak memiliki dasar syariat.
Rahmadi mengutip pandangan Al-Asfahani bahwa iman adalah pembenaran hati yang membawa ketenangan jiwa dan menghilangkan rasa takut. “Orang beriman tidak akan takut kecuali kepada Allah. Jika masih takut pada makhluk halus, itu pertanda iman belum kokoh,” katanya.
Kajian berakhir menjelang adzan Maghrib, meninggalkan kesan mendalam bagi jemaah. Rahmadi Wibowo berhasil memadukan penjelasan ilmiah, dalil syariat, dan sentuhan humor, menjadikan materi tentang iman ini tidak hanya mudah dipahami, tetapi juga relevan dengan kehidupan sehari-hari.