MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANTUL – Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi Islam terbesar terus mengembangkan konsep ekonomi berbasis Islam yang berorientasi pada kesejahteraan umat. Dalam acara Pengajian Ramadan 1446 H Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bambang Setiaji Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, menyampaikan konsep ekonomi Muhammadiyah yang dikaji dalam perspektif wasathiyah Islam berkemajuan.
Salah satu poin utama yang disampaikan oleh Bambang adalah terkait kekuatan ekonomi Muhammadiyah yang berasal dari kemandirian finansial organisasi. Muhammadiyah memiliki sekitar 21 ribu Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang beroperasi secara independen. Oleh karena itu, organisasi ini harus berhati-hati dalam menjalin kerja sama dengan pihak lain agar tetap menjaga nilai-nilai kemandirian yang telah lama dibangun. “Keuangan Muhammadiyah itu sangat kuat, jadi Muhammadiyah tidak boleh sembarangan dalam bekerja sama dengan pihak manapun,” ujar Bambang pada Selasa (4/3).
Bambang juga menyinggung konsep Small is Beautiful yang diperkenalkan oleh ekonom Jerman, E.F. Schumacher, sekitar 50 tahun lalu. Gagasan ini menekankan pentingnya ekonomi yang dikelola oleh banyak pelaku usaha kecil. Muhammadiyah dapat memanfaatkan konsep ini dengan memberdayakan lebih banyak pelaku usaha kecil agar mereka bisa berkembang dan memberikan kontribusi terhadap perekonomian umat. “Ekonomi Muhammadiyah harus dikelola dengan prinsip ini, di mana banyak pengusaha kecil berperan aktif dalam membangun ekonomi umat,” tambahnya.
Dalam konteks pendidikan, Muhammadiyah telah menjalankan model kerja sama yang unik, seperti sekolah Muhammadiyah di Australia. Dalam model ini, tanah dan gedung disediakan oleh Muhammadiyah, sedangkan tenaga pengajarnya digaji oleh pemerintah. Model serupa dapat diterapkan lebih luas untuk meningkatkan akses pendidikan yang berkualitas tanpa membebani organisasi secara finansial.
Sementara itu, terkait kebijakan ekonomi, Bambang mengusulkan konsep “Negara tanpa Bank Komersial.” Ia menekankan bahwa negara seharusnya tidak berbisnis dengan rakyat, melainkan berperan sebagai penyedia layanan publik yang mendukung aktivitas bisnis masyarakat. Dalam konsep ini, bank tidak berorientasi pada laba, tetapi lebih kepada sejauh mana bank mampu menciptakan lapangan pekerjaan dengan margin yang tetap.
“Harus ada sebuah bank yang ukurannya bukan laba, tetapi sejauh mana pekerjaan bisa dihasilkan,” ungkapnya.
Ekonomi Muhammadiyah sendiri tidak terlepas dari peran para alumni, baik dari perguruan tinggi Muhammadiyah (PTMA), sekolah menengah kejuruan (SMK), maupun sekolah dasar (SD) Muhammadiyah. Mereka berkontribusi dalam berbagai sektor industri, termasuk dengan mendirikan masjid di kawasan industri yang menjadi bagian dari ekosistem ekonomi Muhammadiyah.
Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi Muhammadiyah, Prof. Bambang menekankan pentingnya konsep Rangkul-lah Aghniya atau merangkul kalangan kaya. Ia mengilustrasikan bagaimana Nabi Muhammad setelah menerima wahyu di Gua Hira tidak menjalankan dakwah seorang diri, tetapi mengajak orang lain untuk bersama-sama membangun peradaban Islam. “Jadi, rangkullah aghniyah untuk mempercepat perkembangan Muhammadiyah,” tuturnya.
Selain itu, ia menyoroti perkembangan teknologi dan peran umat Islam dalam inovasi. Saat ini, negara-negara Islam belum memiliki peran signifikan dalam pengembangan teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (AI). Padahal, komunitas Muslim di dunia berjumlah sekitar dua miliar orang, lebih besar dibanding populasi Tiongkok yang berjumlah sekitar 1,4 miliar.
“Kita harus belajar dari China, perkembangan teknologi mereka sangat luar biasa. Namun, dunia Islam masih tertinggal dalam menghasilkan teknologi,” paparnya.
Sebagai langkah inovatif dalam ekonomi Islam, Bambang juga mengusulkan pembuatan Islamic Coin sebagai alternatif bagi mata uang digital seperti Bitcoin. Menurutnya, Bitcoin saat ini memiliki volatilitas yang tinggi dan mendekati unsur perjudian, sebagaimana dinyatakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Oleh karena itu, diperlukan model mata uang digital yang berbasis syariah, seperti koin berbentuk emas, untuk memberikan solusi keuangan modern yang tetap sesuai dengan prinsip Islam.
Gagasan-gagasan yang disampaikan ini menegaskan bahwa Muhammadiyah tidak hanya berperan dalam bidang dakwah dan pendidikan, tetapi juga dalam pengembangan ekonomi umat yang mandiri dan berkeadilan. Dengan terus mendorong inovasi dan kemandirian ekonomi, Muhammadiyah dapat semakin memperkokoh posisinya sebagai organisasi yang membawa kemajuan bagi umat dan bangsa. (ain)