MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah sekaligus Anggota Dewan Pers, Busyro Muqoddas soroti terjadinya teror yang diarahkan ke institusi maupun insan pers yang terjadi belakangan ini.
Pernyataan Busyro ini keluar buntut dari peneroran yang dialamatkan ke salah satu Jurnalis Majalah Tempo. Tindakan teror ke pelaku media ini menurutnya adalah upaya pembungkaman demokrasi.
Dalam Ceramah Tarawih di Masjid Islamic Center UAD pada Selasa (25/3) itu Busyro menegaskan, upaya membangun kritisisme yang dilakukan oleh media tidak seharusnya direspon dengan teror.
Sebab salah satu fungsi media adalah pendidikan, maka membangun cara berpikir kritis secara tidak langsung menjadi upaya institusi media untuk memperkuat demokrasi dengan kritik-kritik konstruktif dan obyektif untuk membangun.
“Majalah ini dengan bahasa politiknya itu melakukan kritik, melakukan langkah-langkah memperkuat demokrasi. Demokrasi itu tata cara, konsep, pengertian-pengertian strategi bagaimana pemerintah itu betul-betul dilakukan, dijalankan sesuai dengan kebutuhan rakyat, dengan benar dan terbuka,” katanya.
Sebagai negara yang menganut sistem demokrasi, imbuhnya, tentu setiap insan pers dan termasuk masyarakat umum diajak dan disadarkan agar jangan sampai demokrasi mati mengenaskan karena penguasa menutup telinga dan anti kritik.
Di bulan yang penuh berkah ini, Busyro mengajak setiap insan muslim untuk meresapi kembali ajaran-ajaran luhur Agama Islam. Agama Islam sebagai nasehat tentu juga harus dijalankan secara proporsional.
“Mari agama ini, melalui terutama puasa Ramadan ini yang tinggal beberapa hari dan nanti malam bisa itikaf,….. salat hajat, perbanyak istighfar, kalau ngaji juga boleh,” ajak Busyro.
Busyro menambahkan, bulan Ramadan disebut juga sebagai bulan pengampunan, maka kesempatan ini harus dimanfaatkan dengan maksimal untuk memohon ampunan atas segala salah dan dosa yang diperbuat baik yang disengaja maupun tidak.