MUHAMMADIYAH. OR. ID, BANTUL – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Agung Danarto menyampaikan tiga makna Wasathiyah menurut Ibnu Katsir, yaitu masyarakat unggul, terpilih, dan adil.
“Kalo kita berbicara tentang Islam Wasatiyah tentu tidak akan bisa terlepas dari Al-Baqarah ayat 143,” kata Agung dalam Pengajian Ramadan 1446 H Pimpinan Pusat Muhammadiyah bertajuk “Pengembangan Wasathiyah Islam Berkemajuan: Tinjauan Teologis, Ideologis, dan Praksis” di Ballroom Student Dormitory Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada Ahad (2/3).
Menurut Agung, dalam menafsirkan ayat tersebut, Ibnu Katsir tidak banyak membahas sisi ‘tengahan’ wasatiyah. Kalau sekarang kita memahami wasatiyah sebagai moderasi atau tengahan, maka itu adalah tafsir kontemporer.
“Kalo masyarakat yang unggul masyarakat yang terpilih itu menjadi jelas dan saya kira itulah maksud dulu ketika Allah menurunkan al Quran lewat perantara Nabi SAW yang memiliki tugas untuk menjadikan umat sebagai umat terbaik. Bukan hanya konsep bukan hanya ideal kita tetapi masyarakat yang terbaik dalam realita. Itu kan yang sudah dipraktikkan Nabi SAW beserta para sahabat,” jelas Agung.
Ia melanjutkan, Islam diturunkan di tempat masyarakat jahiliah, masyarakat yg ummi (tidak kenal baca tulis), masyarakat jahiliah yang tidak memiliki etika. Ketika Islam turun, masyarakat dilatih dan dididik dalam jangka waktu tertentu sehingga terjadi perubahan karakter yang menjadikan Mekah pusat peradaban umat manusia.
Dalam masa kekhalifahan Umar bin Khattab, umat Islam melakukan futuhat (pembebasan) ke berbagai tempat.
“Disebut pembebasan karena masyarakat yang dikuasai oleh Persia, Romawi dan lain sebagainya merasa terjajah. Ketika Islam hadir membebaskan mereka dan Islam hadir disambut dengan luar biasa oleh masyarakat setempat dan dianggap sebagai pembebas karena jargon-jargon yang dibawa oleh Islam misalnya jargon persamaan: Tidak ada perbedaan antar orang Arab dan bukan Arab, tidak perbedaan antara budak dan tuannya, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan,” terang Agung.
Agung menilai, jargon tersebut menjadi menarik bagi masyarakat yang dibebaskan sehingga ketika futuhat, masyarakat ikut membantu mengalahkan kekuasaan lama sehingga Islam hadir di beberapa wilayah itu. (Adit)