MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah menggelar halaqah pra penulisan tafsir At-Tanwir untuk juz 18-20 di Gedoeng Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jalan KH Ahmad Dahlan.
Acara yang dilaksanakan pada Sabtu (15/02) ini menjadi ajang konsolidasi bagi para penulis tafsir guna meneguhkan arah dan metodologi yang digunakan dalam tafsir khas Muhammadiyah.
Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Hamim Ilyas, dalam pembukaannya menyampaikan apresiasi kepada para peserta dan panitia yang terlibat dalam proyek besar ini. Ia menekankan bahwa tafsir At-Tanwir dibangun di atas empat etos utama: etos agama, etos ilmu, etos sosial, dan etos ekonomi. Keempat etos ini diharapkan membentuk perilaku umat Islam dalam kehidupan nyata.
“Tafsir ini bertujuan menegaskan bahwa Al-Qur’an diwahyukan untuk mewujudkan kebaikan bagi manusia di dunia dan akhirat. Ukurannya adalah kesejahteraan material dan spiritual,” ujar Hamim.
Ia juga mengutip konsep Islam dalam Muhammadiyah yang didefinisikan dalam Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah (MKCHH) sebagai agama yang diwahyukan Allah kepada Nabi Adam hingga Nabi Muhammad untuk semua umat manusia sepanjang masa.
Dalam halaqah ini, Hamim juga menyoroti tantangan ekonomi umat Islam, yang masih menghadapi keterjajahan ekonomi dalam sistem global saat ini. “Ini adalah bentuk nyata dari neo-liberalisme. Kita harus menguasai faktor-faktor produksi agar terbebas dari ketergantungan ekonomi,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa Al-Qur’an adalah kitab pembangunan peradaban, sebagaimana dipahami oleh para sahabat. Umar bin Khattab menyebut surat Al-An’am sebagai nawajib Al-Qur’an, yaitu bagian yang utama dalam mengajarkan kecerdasan dan menjadikan umat Islam sebagai umat yang unggul.
“Amerika Serikat mulai mengalami kemunduran, tetapi belum ada negara Islam yang siap menggantikannya. Yang justru siap adalah China. Kita berharap melalui tafsir ini, negara-negara Islam dapat bangkit dan menjadi kuat,” tambahnya.
Sementara itu, Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Ustadi Hamsah, menegaskan pentingnya aspek teknis dalam proses penulisan dan editing tafsir, agar naskah yang dihasilkan sesuai dengan standar yang telah disepakati.
“Dalam proses ini, sejak awal kita harus mendesain dengan benar. Jika teknis awalnya sudah sesuai dengan layout yang kita tetapkan, maka pekerjaan akan lebih cepat,” terang Ustadi.
Lebih lanjut, Ustadi juga menekankan bahwa naskah tafsir ini harus mewakili spirit At-Tanwir yang mencakup tiga aspek utama: responsivitas, inspiratif, dan membangkitkan etos, yang mencakup etos ibadah, ekonomi, sosial, dan keilmuan, agar tafsir ini dapat menjadi pendorong kemajuan umat.