Oleh: Haedar Nashir (Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah)
Hari Rabu, 19 Februari 2025, di pagi sampai siang yang sejuk dan dingin. Ditemani istri dan Dr Jaenuddin, Rektor Institut Bisnis Muhammadiyah. Kami bersilaturahmi ke Pondok Pesantren Wadi Mubarak di Megamendung, Puncak Bogor. Pondok di bebukitan yang alami ini di bawah pimpinan Kyai Dr. H. Didik Hariyanto, Lc., MA. Kyai muda yang pernah mendampingi kami sewaktu umrah, memiliki semangat tinggi mendidik generasi umat dan bangsa yang berbekal agama dan akhlak mulia tapi berpikiran maju.
Sempat menyaksikan santri PAUD dan SD/MI belajar, termasuk sesi tahfidz Al-Quran. Juga memberi kuliah bakda dhuhur khusus bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin milik Ponpes Ma’had Tahfidzul Qur’an tersebut.
Bu Noordjannah juga memberi kuliah dan motivasi di hadapan para ustadzah tentang perempuan Islam berkemajuan. Bagaimana para perempuan Islam selain mengajar agama di tengah dunia yang terus berkembang dan juga berperan di ruang publik sebagaimana misi kerisalahan Islam. Hal itu sejalan pula dengan pemikiran Kyai Dahlan dan Nyai Walidah Dahlan dalam mencerdaskan dan mencerahkan kehidupan, yang melahirkan kepeloporan gerakan ‘Aisyiyah.
Kehadiran kami memperoleh sambutan yang luar biasa dan mengharukan dari Ustaz Didi bersama Nyai serta para ustadz dan ustadzah Ma’had Tahfidul Quran Wadi Mubarak. “Kami sunguh mendapat kehormatan atas kehadiran Ketua Umum bersama Ibu Noor”, sambut Kyai Didik. Suatu penerimaan khas suasana Pondok Pesantren yang alami, bebas dari pikiran-pikiran dan kepentingan tertentu, apalagi yang bersifat sempit sikap dan wawasan. Suasananya sarat keikhlasan dan ukhuwah yang bersahaja.
Kami biasa silaturahmi ke pondok pesantren, khususnya jelang Ramadhan. Terutama Ponpes di luar Persyarikatan Muhammadiyah. Di sana hidup semangat “thalabul ilm” yang tak bertepi. Sekaligus menghidupkan tradisi silaturahmi, yang dulu semasa hayat Ayah kami suka melakukan silaturahmi seperti itu.
Agar aura pesantren tetap hidup di hati, untuk terus menanamkan spirit “tafaquh fi-din”, belajar dan memahami agama secara mendalam dan luas. Juga menimba khazanah kesahajaan, ketulusan, kemandirian, dan persaudaraan alami. Ya, semacam “spirituality charging”, pengisian daya spiritualitas luhur dan orientasi hidup nan autentik!