MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANJARNEGARA – Sesepuh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Batur, Kabupaten Banjarnegara Muhammad Faizin ungkap sejarah kedatangan Nyai Siti Walidah untuk berdakwah ke Batur dengan naik kuda.
Sejarah tersebut diungkap oleh sosok yang akrab disapa Mbah Faizin ini dalam Podcastmu yang dikelola oleh Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) Batur yang diunggah pada Ahad (16/2).
Mbah Faizin menceritakan, kedatangan Nyai Siti Walidah ke Batur terjadi pada kisaran tahun 1929. Karena kondisi jalan yang masih belum baik, dan tidak bisa dilalui kendaraan, Nyai Walidah datang dari Yogyakarta kemudian turun di Kejajar, Wonosobo dan dijemput dengan naik kuda sampai ke Batur.
“Di Kejajar itu lalu dijemput dengan dua kuda, kuda milik Wak Dahlan (paman Mbah Faizin) dengan warna merah sandel, dengan satu kudanya lagi berwarna hitam sabu,” ungkapnya.
Jarak yang harus ditempuh oleh Nyai Walidah dari Kejajar sampai Batur saat itu diperkirakan memakan waktu sampai lima jam perjalanan. Lamanya waktu yang digunakan itu lantaran ada pengiring untuk menyambut kedatangan Nyai Walidah.
Terkait dengan rombongan yang mendampingi Nyai Walidah dari Yogyakarta, Mbah Faizin tidak mengetahui. Karena Mbah Faizin belum ada waktu itu, kisah yang diceritakannya ini bersumber dari tradisi tutur.
Meskipun data yang disampaikan Mbah Faizin berbeda dengan dengan catatan yang dibuat oleh Yunus Anis Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah periode 1959-1962. Namun semangat Mbah Faizin patut diacungi jempol untuk merawat ingat sejarah ke Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) Batur.
Tak hanya Nyai Siti Walidah yang datang ke Batur, tapi juga ada Jenderal Sudirman yang datang ke Batur pada 1936 yang mengikuti kemah Kepanduan Hizbul Wathan (HW) di Lapangan Batur.
“Pak Dirman saat itu masih Pandu HW, itu programnya HW kemah di Batur. Kami dengan Pak Dirman berjalan kaki dari Pekalongan atau Batang gitu ke Baturnya,” ungkapnya.
