MUHAMMADIYAH.OR.ID, GRESIK – Ramai gerakan ‘Kabur Aja Dulu’ – #KaburAjaDulu, Ditjen Dikti Ristek sekaligus Wakil Ketua Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis (LKKS) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Ahmad Najib Burhani ungkap makna atau sisi lain dari gerakan ini.
Hal itu disinggung Najib pada Selasa (18/2) dalam Wisuda ke-46 Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG). Pemaknaan #kaburajadulu yang viral ini diungkapkan Najib di hadapan peserta wisuda D3, Sarjana, dan Magister UMG.
Selain menjadi yang terbaik di bidangnya, alumni Perguruan Tinggi Muhammadiyah-’Aisyiyah (PTMA) diharapkan Najib juga keluar dari ‘tempurung’ lokalitas yang membelenggu kemudian terjun ke dunia global.
Sebab saat ini dunia sudah tanpa batas, semua terkoneksi dengan teknologi dan akses semakin mudah.
“Ini mungkin ada sedikit kaitan dengan #kaburajadulu, bukan saya mendukung kalian untuk kabur aja dulu dalam arti mencari keamanan sendiri. Tapi kabur aja dulu dalam konteks yang lebih positif, kita perlu untuk mengambil kesempatan yang ada sekarang ini untuk kemudian meningkatkan konektivitas,” katanya.
Dia beralasan, globalisasi merupakan sebuah kenyataan yang pasti dihadapi sebab sudah berada di depan mata umat manusia. Gerakan #KaburAjaDulu ini juga perlu ditinjau dari konsep yang lebih segar. Karena di era sekarang menurutnya, konsep brain drain vs brain gain sudah tidak relevan.
Najib menjelaskan, konsep brain drain merupakan kerugian suatu negara akibat ditinggalkan seorang yang berkualifikasi. Sementara brain gain merupakan keuntungan bagi suatu negara karena diuntungkan dari kedatangan seorang berkualifikasi itu.
“Sekarang itu konsepnya brain circulation – sirkulasi dari berbagai pemikiran, sirkulasi dari pada tenaga, sirkulasi dari pada penduduk dan sebagainya. Jadi apa yang disebut dengan digital nomade, perpindahan penduduk, perpindahan digital dan lain sebagainya itu menjadi sesuatu yang mesti saat ini,” katanya.
Di era dunia global yang tanpa batas, bangsa Indonesia akan menjadi ketinggalan jika tidak memiliki akses terhadap perkembangan yang ada di dunia global. Situasi ini harus dijadikan kesempatan, baik melalui teknologi dan lain sebagainya untuk menjangkau perkembangan-perkembangan itu.
Pada kesempatan ini Najib mencontohkan gerakan global yang dilakukan oleh Muhammadiyah, seperti hadirnya Muhammadiyah secara struktural dengan berdirinya Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) di 30 negara, dan institusi pendidikan di Australia, Malaysia, dan beberapa negara lain.
“Kita harus masuk kepada dunia yang lebih internasional. Itu kemudian yang akan menjadi transfer daripada teknologi, pengetahuan, skill, job, dan lain sebagainya itu dari dunia luar ke Indonesia. Bukan hanya sekadar kita mendapatkan devisa, tetapi banyak hal yang kita dapatkan ketika banyak berinteraksi antara kita dengan negara yang lain,” katanya.
Oleh karena itu, gerakan #KaburAjaDulu tidak hanya dimaknai sebagai self interest saja. Tetapi ini merupakan bagian dari pola untuk melakukan transfer teknologi, pengetahuan, pendidikan, dan lain sebagainya.