MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) mengukuhkan empat Guru Besar di Auditorium K.H. Ahmad Azhar Basyir, Gedung Cendikia UMJ, Kamis (6/2). Empat Guru Besar tersebut diantaranya Prof. Taufiqurokhman, Prof. Elfarisna, Prof. Happy Indira Dewi, dan Prof. Muhammad Fachri. Pengukuhan Empat Guru Besar UMJ ini merupakan bentuk komitmen UMJ dalam peningkatan kualitas pendidikan.
Pada prosesi pengukuhan Guru Besar UMJ hadir Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Republik Indonesia sekaligus Ketua Badan Pengurus Harian UMJ Abdul Mu’ti.
Dalam sambutannya Mu’ti mengucapkan selamat kepada guru besar yang hari ini dikukuhkan. Mu’ti juga mengucapkan selamat kepada UMJ dalam kurun waktu kurang dari 4 tahun telah berhasil menambah banyak guru besar dan menjadikan UMJ terakreditasi Unggul.
“Jika sebuah universitas memiliki akreditasi unggul, maka kualitas pembelajaran dan kelulusan mahasiswa juga akan unggul,” ujarnya.
Mu’ti berharap Semoga ilmu yang dikembangkan akan menjadi berkah dan bermanfaat bagi banyak pihak. Ia juga berpesan untuk seluruh jajaran UMJ dapat terus bekerja lebih kompak serta berperan aktif dalam meningkatkan kualitas pendidikan guru di Indonesia.
Rektor UMJ Ma’mun Murod, mengungkapkan rasa syukur dan mengucap selamat kepada Guru Besar beserta keluarganya. Ia mengatakan bahwa tugas seorang cendekiawan bukan hanya menulis di jurnal, tetapi harus hadir di tengah masyarakat dan umat, serta berkontribusi dalam menjadikan Indonesia lebih baik.
“Saat ini terdapat 4.300 perguruan tinggi di seluruh Indonesia, dengan Muhammadiyah memiliki 162 perguruan tinggi. Jumlah dosen yang ada saat ini adalah 338.289, namun yang sudah menyandang gelar guru besar hanya 9.790 orang. Artinya, jumlah guru besar di Indonesia masih sangat sedikit,” ujarnya.
Ma’mun mengatakan hal ini menjadi tantangan besar bagi pemerintah, terutama bagi Presiden. Ia pun sangat optimis dengan langkah-langkah besar yang akan diambil Presiden Prabowo, seperti pemberantasan korupsi dan pemberhentian pejabat yang tidak menunjukkan kinerja baik.
“Pendidikan harus mendapatkan perhatian serius, karena motor pendidikan di Indonesia adalah guru dan dosen,” tambahnya.