MUHAMMADIYAH.OR.ID, MALANG – Warga Muhammadiyah diajak Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti untuk memahami Islam dari aspek nilai atau substansinya, tak hanya melulu soal fikih. Mu’ti menjelaskan, jika Islam dipahami dari aspek substansi maka muslim akan mampu berislam secara universal sebagaimana misi risalah yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW.
Seperti disebutkan dalam Al Qur’an Surat Al Anbiya ayat 107, yang dengan jelas bahwa diutusnya Nabi Muhammad SAW untuk membawa Risalah Islam bagi seluruh alam, bukan hanya kepada umat Islam.
“Kita bisa mengaktualisasikan nilai-nilai Islam itu sebagai substansi dan norma-norma yang diterima oleh semua agama, bahkan nilai-nilai yang diterima oleh hampir semua budaya dan peradaban umat manusia,” kata Mu’ti pada (7/2) di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Bentuk konkrit dari nilai-nilai universal Islam dapat ditemukan dalam Risalah Islam Berkemajuan (RIB) yang berisi tentang blueprint pandangan-pandangan Muhammadiyah untuk mengamalkan Agama Islam.
Dalam RIB itu disebutkan setidaknya ciri dasar dari Islam Berkemajuan adalah Islam yang berpondasi pada ajaran tauhid murni, dengannya melekat nilai kemanusiaan, sosial, dan peradaban dalam kehidupan.
Mu’ti menampik pendapat orang yang mengatakan, jika bertauhid murni itu dapat menjadikan muslim radikal, eksklusif, bahkan juga menjadi muslim yang ekstrim. Pendapat itu muncul lantaran orang yang bertauhid murni ini tidak paham akan nilai substansi dari tauhid murni yang dipedomaninya.
“Tauhid yang murni menumbuhkan jiwa yang merdeka, manusia yang mengalami proses liberasi dalam kehidupannya dan karena itu kita sering menemukan frasa hubungan antara iman dengan kemerdekaan. Kita menemukan bahkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 45,” ungkapnya.
Jiwa yang merdeka ini sebagai konsekuensi atas tauhid murni, lantaran hanya berTuhan atau menyembah kepada Allah SWT dan selain itu adalah makhluk. Maka konsekuensi lanjutannya adalah menghilangkan segala bentuk penjajahan.
Sebaliknya, jika ada muslim yang menjajah dan memperbudak manusia lain itu adalah bagian dari perbuatan musyrik yang bertentangan dengan tauhid murni. Sebab tauhid murni ini menumbuh jiwa merdeka dan semangat melawan semua bentuk penindasan