MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menggelar Seminar Nasional dan Sosialisasi Program Deep Learning bertemakan “Implementasi Pembelajaran Mendalam dalam Rangka Mewujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua.” Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menegaskan bahwa deep learning bukan kurikulum baru, melainkan pendekatan pembelajaran.
Mendikdasmen Abdul Mu’ti menerangkan telah beredar di internet berbagai pihak menyebut deep learning sebagai kurikulum bahkan membandingkannya dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya. “Deep learning itu bukan kurikulum, tapi pendekatan pembelajaran,” kata Mu’ti
Mengutip buku “the Process of Learning” oleh John B. Biggs, ia menjelaskan bahwa ternyata deep learning itu sudah mulai diperkenalkan dan diterapkan pelan-pelan di beberapa negara sejak pertengahan tahun ‘76. Negara seperti norwegia swedia dan negara skandinavia sudah memperkenalkan itu tahun ‘76. Hal ini meluruskan pandangan bahwa deep learning bukan hanya ciptaan kecerdasan buatan saja, karena telah dicetuskan jauh sebelum kecerdasan buatan secanggih saat ini.
Sebagai penutup, ia menjelaskan bagaimana program ini diimplementasikan.
“Masih on going process tapi yang akan keluar itu tidak jauh berbeda dengan yang ada dalam naskah akademik dan yang saya sampaikan. Kedua, penerapannya nanti tidak untuk seluruh sekolah. Kami akan pilih sekolah-sekolah model. Sekolah mana yang sudah siap untuk menerapkan deep learning ini,” ujarnya.
Sementara Rektor Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka (UHAMKA) Gunawan Suryoputro menyampaikan alasan mengapa sosialisasi ini mengambil tempat di UHAMKA.
“Karena UHAMKA ini asalnya dari Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) yang berdiri tahun 1957,” tuturnya dalam sambutan sosialisasi bertempat di Auditorium Ahmad Dahlan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), UHAMKA pada Senin (17/2).
“Artinya memang mayoritas komunitas UHAMKA masih didominasi oleh calon calon guru. Jumlah mahasiswa UHAMKA yang aktif sekarang 15 ribu. Itu 40 persennya masih guru yang terbanyak. Dan kebijakan terbaru dari beberapa kebijakan terkait pembelajaran mendalam (deep learning) saya rasa sangat penting untuk para mahasiswa, dosen FKIP dan teman-teman sejawat kepala sekolah dan guru,” imbuh Gunawan.
Selain itu, Rektor UHAMKA mengapresiasi kinerja selama 100 hari menjabat sebagai Mendikdasmen.
“Selamat kepada Pak Menteri, kepada Kemendikdasmen karena berdasarkan survei kinerjanya di 100 hari ini urutannya kedua. Jadi, artinya semua yang dikeluhkan oleh guru, kepala sudah terjawab semua. Insyaallah terus bekerja yang terbaik” tutur Gunawan.
Ia juga berterima kasih kepada Mendikdasmen atas pengarahan dan pandangan umum tentang pendekatan deep learning yang diikuti oleh 2.900 guru dan kepala sekolah yang mendaftar. (adit)