MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA – Hadir sejak tahun 1980 an, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) telah melewati banyak fase manis, pahit, sampai getir. Civitas akademika sekarang diharapkan untuk mempertahankan dan meningkatkan prestasi.
Tak hanya relevan untuk UMS saja, pesan yang disampaikan Bendahara Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah sekaligus Ketua BPH UMS, Marpuji Ali itu juga relevan bagi Perguruan Tinggi Muhammadiyah-’Aisyiyah (PTMA) lain. Menurutnya saat ini tantangan PTMA kian kompleks, ditambah dengan persaingan yang begitu ketat.
“Kalau kita tidak selalu meningkatkan berupaya untuk membenahi apa yang kita capai suatu ketika yang sudah kita dapatkan hari ini akan ketinggalan,” kata Marpuji pada Senin (3/2) di acara Pemaparan dan Diskusi 7 Calon Rektor UMS.
Kewajiban menjaga dan mengembangkan prestasi PTMA diakui memang tidak ringan. Oleh karena itu dia berharap supaya terbangun kekompakan antar civitas akademika, tak hanya itu seluruh elemen Persyarikatan Muhammadiyah juga diminta untuk mendukung gerak yang dilakukan oleh PTMA.
Melihat arah langkah ke depan, katanya, harus dipikirkan matang-matang, jangan sampai salah arah dan merusak sejarah panjang yang telah diukir selama ini. Supaya pilihan langkah tidak menjadi penghambat kemajuan, dibutuhkan akhlak yang baik sebagai kuncinya.
“Kuncinya adalah akhlakul karimah. Sepanjang hubungan kita antar sesama yang ada di kampus ini berdasarkan akhlakul karimah, hubungan kita dengan lembaga apa saja mitra kerja di luar kampus ini, kita lakukan dengan akhlakul karimah,” ungkapnya.
Marpuji Ali juga menyoroti kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk perguruan tinggi. Ketimpangan yang dihasilkan kebijakan yang tidak proporsional ini kini menjadi tantangan tersendiri yang harus dihadapi oleh PTMA. Dampak nyata dari kebijakan tersebut diantaranya menurunnya jumlah mahasiswa.