MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Aly Aulia, membahas tafsir At-Tanwir dalam Pengajian Tarjih pada Rabu (19/02). Kajian tersebut menyoroti ayat 258-260 dalam Surah Al-Baqarah yang berkaitan dengan kisah Nabi Ibrahim dan kemahakuasaan Allah.
Dalam pemaparannya, Aly Aulia mengajak jamaah untuk mentadaburi ayat-ayat tersebut secara langsung dengan membuka Al-Qur’an. Ia menekankan bahwa memahami ayat-ayat ini memberikan ibrah dan pelajaran penting dalam melihat tanda-tanda kebesaran Allah.
“Tiga ayat yang kita bahas ini mencakup tiga aspek utama. Pertama, dialog antara Nabi Ibrahim dan Raja Namrud yang menggambarkan keangkuhan seorang penguasa yang merasa berkuasa mutlak. Kedua, tanda-tanda kekuasaan Allah yang nyata dalam penciptaan dan pengaturan alam semesta. Ketiga, permohonan Nabi Ibrahim kepada Allah untuk memperlihatkan bagaimana Allah menghidupkan yang mati, bukan sebagai bentuk keraguan, tetapi sebagai penguatan keimanan,” jelasnya.
Salah satu bagian menarik dari kajian ini adalah pembahasan tentang perdebatan Nabi Ibrahim dengan Raja Namrud, yang menolak keberadaan Allah sebagai satu-satunya Tuhan. Ketika Nabi Ibrahim menegaskan bahwa Allah menghidupkan dan mematikan, Namrud membalas dengan klaim bahwa ia pun mampu melakukan hal yang sama dengan membiarkan seseorang hidup atau memerintahkan pembunuhan.
Namun, Nabi Ibrahim kemudian menantangnya dengan argumen yang lebih kuat: “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Tantangan ini membuat Namrud terdiam tanpa jawaban.
Aly Aulia menyoroti bahwa kisah ini relevan dalam kehidupan modern. “Pertanyaan yang muncul, apakah masih ada sosok seperti Namrud di era sekarang? Orang-orang yang merasa memiliki kekuasaan tak terbatas dan bertindak sewenang-wenang, menganggap dirinya sebagai penguasa mutlak atas kehidupan manusia?,” ujarnya.
Lebih lanjut, kajian ini juga mengulas tafsir At-Tanwir yang menyebutkan bahwa Namrud adalah raja pertama di dunia yang mengklaim dirinya sebagai Tuhan. Kekuasaan absolut yang dimilikinya membuat rakyat bergantung sepenuhnya kepadanya, bahkan untuk sekadar mendapatkan makanan. Namun, ujian yang diajukan Nabi Ibrahim membuktikan keterbatasan kekuasaannya.
“Dialog Nabi Ibrahim ini bukan sekadar kisah sejarah, tetapi mengajarkan kita bagaimana menghadapi kesombongan dengan logika dan keteguhan iman,” pungkas Aly Aulia.
Pengajian Tarjih ini memberikan wawasan tentang keesaan dan kemahakuasaan Allah. Kajian tafsir seperti ini menjadi sarana bagi umat Islam untuk lebih memahami nilai-nilai ketauhidan serta menggali hikmah dari kisah para nabi dalam Al-Qur’an.