MUHAMMADIYAH.OR.ID, ASAHAN – Potensi zakat, infak, dan sedekah tinggi, namun serapannya tergolong rendah. Diperlukan konsolidasi untuk memaksimalkan potensi besar ZIS yang masih belum terserap.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Badan Pengurus Lazismu Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Ahmad Imam Mujadid Rais dalam Pembukaan Rakerwil Lazismu se- Sumatra Utara (Sumut) pada Sabtu (1/2 ) di Asahan, Sumut.
Dalam konteks Sumut, kata Imam Mujadid, memiliki potensi ZIS sebesar Rp. 8,1 triliun, namun baru terkumpul 2 sampai 5 persen atau berkisar hanya Rp. 200 an miliar. Menurutnya ini angka yang sangat kecil dibandingkan potensinya.
“Kuncinya adalah salah satunya dengan pendataan, masih banyak lembaga-lembaga kita di internal yang belum terkonsolidasi,” katanya.
Selain konsolidasi, masalah lain yang berkaitan rendahnya serapan potensi zakat di Indonesia pada umumnya adalah rendahnya literasi ZIS. Mayoritas muslim Indonesia mengetahui wajib zakat yang menjelang Idulfitri.
Memaksimalkan potensi ZIS yang saat ini belum maksimal, menurutnya adalah bagian dari usaha Lazismu dalam menyelesaikan masalah keumatan. Dan itu tidak bisa dijalankan sendirian oleh Lazismu, diperlukan kolaborasi dengan berbagai pihak.
Tak hanya dengan pihak eksternal, Imam Mujadid Rais juga mendorong adanya konsolidasi dan kolaborasi di internal persyarikatan Muhammadiyah. Konsolidasi dan kolaborasi ini untuk menggerakkan amal kebajikan.
Pemaksimalan serapan ZIS yang diusahakan oleh Lazismu juga bagian dari menyiapkan Indonesia Emas 2045. Jangan sampai generasi emas tersebut minim fasilitas belajar, kesehatan, bahkan juga gizi mereka masih kurang.
“Sebab kalau tidak (kita siapkan) tentu kita akan kehilangan momentum, dan itu akan berdampak panjang bagi bangsa kita,” ungkapnya.
Dia berharap Lazismu bersama sisi persyarikatan yang lain untuk tampil menyiapkan generasi Indonesia Emas 2045. Jangan sampai Indonesia yang memiliki bonus demografi tidak bisa survive dan menjadi negara besar yang maju.