MUHAMMADIYAH.OR.ID, KALASAN – Misi dakwah Muhammadiyah di akar rumput adalah menjadi pemecah masalah bagi masyarakat. Dakwah ini merupakan bagian dari gerakan sosial Muhammadiyah yang dirawat dengan konsisten.
“Muhammadiyah juga gerakan sosial. Tidak hanya ngajari beriman saja, tidak hanya ngajari ibadah, tidak hanya ngajari untuk sembahyang saja, ngaji saja, dan sebagainya. Tapi, Muhammadiyah juga gerakan sosial. Inilah akar rumput Muhammadiyah itu, masyarakat itu. Dimasuki, dibina, didampingi oleh Muhammadiyah. Karena apa? Salah satu (motif) kelahiran Muhammadiyah itu untuk ngurus masyarakat, menjadi problem solver masyarakat,” kata Bachtiar Dwi Kurniawan, Ketua Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Hal itu disampaikannya dalam Baitul Arqam Komunitas yang diselenggarakan oleh MPKSDI PP Muhammadiyah di Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP), Kalasan, Daerah Istimewa Yogyakarta pada Rabu (19/2).
Bachtiar mengungkapkan Muhammadiyah dalam gerakan sosial mencari masalah sosial, lantas memecahkan masalah pula. Dan bergerak menyelesaikan masalah, tidak hanya ‘omon-omon.’
Menurutnya, Muhammadiyah berbaur dengan masyarakat, melakukan gerakan sosial berlandaskan pada teologi Al-Mau’un. Mewujudkan kesalehan individu dan kesalehan sosial.
“Masuk ke masyarakat, masuk ke kehidupan masyarakat. Melalui apa? Ajaran Muhammadiyah itu yang kita kenal dengan teologi Al-Maun itu. Berpihak kepada orang miskin, berpihak kepada orang yatim. Kalau kita enggak berpihak, enggak memberi makan, bahkan menganjurkan enggak memberi makan orang miskin, maka kita termasuk orang-orang yang mendustakan agama,” tuturnya.
Ia melanjutkan, meskipun rajin salat, rajin ibadah, tapi enggan memperhatikan orang miskin, maka kita termasuk orang mendustakan agama. Muhammadiyah mengajarkan kita supaya tidak mendustakan agama, yakni dengan mengurus orang miskin, anak yatim, dan masyarakat akar rumput.
“Bahkan Muhammadiyah dulu berdiri ada yg namanya rumah miskin di dekat masjid Gedhe Kauman itu. Rumah miskin dulu ngurusi gelandangan, ngurusi pekerja-pekerja,” ungkap Bachtiar.
Cara menyentuh supaya jamaah Muhammadiyah tidak partial maka didirikan institusi rumah sakit, sekolah dan panti asuhan. Itulah kelembagaan kesalehan sosial Muhammadiyah. Kesalehan sosial Muhammadiyah ialah melalui upaya-upaya mengurus orang miskin dan orang susah.
Kegiatan ini dihadiri oleh 33 peserta dari berbagai komunitas binaan UPP, termasuk Jaringan Tani Muhammadiyah (JATAM), Jaringan Nelayan Muhammadiyah (JALAMU), Jaringan Peternak Muhammadiyah (JATERMU), PISAUMU (Olah Raga Pisau Muhammadiyah), Panah Muhammadiyah, Jemparingan Muhammadiyah, BickerMU (Olah Raga Sepeda dan Motor Muhammadiyah), serta relawan dari LRB (Community Development, Psikososial, DMC Kesehatan, Hunian dan Logistik, SAR), relawan LAZISMU, Balai Sakinah ‘Aisyiyah (BSA), dan Kelompok Tani ‘Aisyiyah (KTA). (adit)