Salat Tarawih merupakan ibadah yang sangat dianjurkan selama bulan Ramadan. Rasulullah SAW telah menunjukkan teladan dengan melaksanakannya bersama keluarga, istri, dan para sahabat. Mengajak sanak keluarga untuk bersama-sama melaksanakan salat Tarawih pun menjadi salah satu cara untuk menghidupkan semangat Ramadan yang penuh berkah.
Rasulullah SAW memberikan janji mulia bagi mereka yang melaksanakan qiyam Ramadan. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abū Hurairah r.a., beliau bersabda, “Barang siapa melakukan qiyam Ramadan atas dasar iman dan harapan pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. al-Bukhārī, Muslim, an-Nasā’ī, ad-Dārimī, Aḥmad, dan Ibn Khuzaimah).
Menariknya, Rasulullah SAW mengajak keluarga terdekatnya. Kebersamaan dalam salat Tarawih ini tercermin dalam kisah lain yang diriwayatkan oleh Abū Żarr r.a. Ia berkata, “Kami berpuasa bersama Rasulullah SAW… Pada sisa tiga malam dari bulan Ramadan, beliau mengumpulkan keluarga, istri, dan masyarakat, lalu salat qiyam Ramadan bersama hingga kami merasa khawatir ketinggalan sahur” (HR. Abū Dāwūd).
Kisah ini menggambarkan betapa Rasulullah SAW mengajak seluruh lingkaran terdekatnya dari keluarga, istri, hingga masyarakat, untuk bersama-sama merasakan kehangatan dan keberkahan malam Ramadan. Ini adalah teladan nyata bahwa salat Tarawih bukan hanya ibadah individu, tetapi juga sarana mempererat tali silaturahmi.
Mengajak sanak keluarga untuk salat Tarawih bersama memiliki makna mendalam. Selain mengikuti sunnah Rasulullah SAW, kebersamaan ini menjadi momen untuk membangun harmoni dalam keluarga. Di tengah kesibukan zaman modern, waktu untuk berkumpul sering terbatas.
Karenanya, ini menawarkan kesempatan emas untuk duduk bersama, beribadah, dan saling mendoakan. Bagi anak-anak, ini juga menjadi pendidikan agama yang hidup, menanamkan cinta pada ibadah sejak dini.
Tentu saja, pelaksanaan salat Tarawih bisa disesuaikan dengan kondisi masing-masing keluarga. Bisa dilakukan di masjid terdekat untuk merasakan semarak jamaah, atau di rumah bersama-sama jika situasi lebih memungkinkan. Yang terpenting adalah semangat untuk menghidupkan malam Ramadan dengan ibadah, sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW. Dengan mengajak keluarga, kita membangun kenangan berharga yang akan dikenang sepanjang hayat.
Maka, mari jadikan Ramadan kali ini lebih bermakna. Ajaklah orang tua, pasangan, anak, atau saudara untuk bersama-sama melangkah ke masjid atau menggelar sajadah di rumah. Dalam kebersamaan itu, kita wujudkan doa dan harapan agar dosa-dosa kita diampuni, hati kita disucikan, dan keluarga kita diberkahi. Bukankah itulah esensi sejati dari qiyam Ramadan yang diajarkan Rasulullah SAW?
Referensi:
Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Paham Hisab Muhammadiyah dan Tuntunan Ibadah Bulan Ramadan, (Yogyakarta: LPPI UMY, 1437/2016).