MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANTUL – Literasi bukan hanya soal membaca buku, tetapi juga tentang bagaimana menciptakan ruang yang hidup untuk belajar dan menginspirasi. Dalam rangkaian acara Muhammadiyah Corner (MuhCor) Fest 2024 pada Sabtu (25/1), Widyastuti Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PP Muhammadiyah memberikan materi diskusi mengenai bagaimana peran perpustakaan, museum, dan tempat-tempat literasi lainnya dapat bertransformasi menjadi “Taman Pustaka” sebagai pusat literasi yang menggembirakan.
Salah satu contoh nyata yang diangkat adalah Museum Muhammadiyah, yang selama ini berperan sebagai ruang pembelajaran berbasis sejarah dan budaya. Museum Muhammadiyah menjadi saksi perjalanan panjang perjuangan KH Ahmad Dahlan dalam membangun peradaban melalui literasi. Berbagai koleksi bersejarah seperti globe, kaligrafi Al-Ma’un, hingga lukisan para pemimpin Muhammadiyah terdahulu. hadirnya Museum Muhammadiyah dapat memberikan gambaran tentang bagaimana Muhammadiyah berkontribusi pada pembangunan bangsa.
Dalam kesempatannya, Widyastuti mengingatkan kembali bagaimana pentingnya literasi dalam sejarah panjang perjuangan Muhammadiyah. Sejak tahun 1920, KH Ahmad Dahlan telah menetapkan pendidikan, dakwah, dan literasi sebagai pilar utama dalam membangun Muhammadiyah bahkan sebelum Indonesia merdeka, Muhammadiyah sudah bergerak aktif di bidang literasi.
Pada tahun 1923, Muhammadiyah mendirikan “bibliotek,” yang menjadi pionir dalam menggerakkan masyarakat untuk membaca. Konsep literasi ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Aisyiyah, yang pada era 1930-an memperkenalkan “Taman Pustaka” atau “Pojok Pustaka.” “Taman pustaka tidak hanya berfungsi sebagai tempat membaca, tetapi juga menjadi pusat kegiatan yang menghidupkan semangat belajar dan berilmu di kalangan masyarakat,” ujarnya.
Konsep taman pustaka yang dibahas dalam acara ini menekankan bahwa perpustakaan bukan hanya ruang sunyi untuk membaca buku, tetapi juga pusat kegiatan yang dinamis.
“Perpustakaan Muhammadiyah dan Aisyiyah diharapkan mampu menjadi ruang interaksi sosial, tempat masyarakat dapat belajar, berdiskusi, dan mengembangkan kreativitas mereka,” tambahnya.
Widyastuti juga mengajak seluruh mahasiswa dan civitas akademika untuk terus menghidupkan konsep taman pustaka sebagai ruang yang tidak hanya menginspirasi, tetapi juga menjadi katalisator perubahan sosial. Ia berharap melalui perpustakaan dan museum Muhammadiyah dapat menjadi tempat yang menyenangkan dan produktif, sekaligus menjadi ruang refleksi atas nilai-nilai perjuangan Muhammadiyah.
MuhCor Fest 2024 menjadi momentum yang sangat penting untuk merefleksikan perjalanan panjang Muhammadiyah dalam memperjuangkan pendidikan dan literasi. Muhammadiyah terus berkomitmen untuk memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan bangsa melalui pendidikan, literasi, dan transformasi sosial. (Ain)