MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Bank Muamalat bersama Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid (LPCR-PM) menggelar acara bertema “Optimalisasi Manajemen Masjid Muhammadiyah Bersama Bank Muamalat”.
Kegiatan ini dihadiri oleh jajaran Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM), Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), dan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) dari berbagai daerah.
Acara ini merupakan tindak lanjut dari Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara LPCR-PM PP Muhammadiyah dan Bank Muamalat yang telah ditandatangani pada 7 Agustus 2024. Ketua LPCR-PM, Jamaludin Ahmad, menjelaskan bahwa kerja sama ini bertujuan untuk memberdayakan cabang, ranting, dan masjid Muhammadiyah melalui berbagai fasilitas yang ditawarkan Bank Muamalat.
Dalam sambutannya, di Hotel Grand Serela (17/1) Jamaludin menegaskan bahwa acara ini menjadi momen penting untuk merealisasikan poin-poin kerja sama yang telah disepakati.
“Muhammadiyah bersama Bank Muamalat berkomitmen mengembangkan usaha, kegiatan kreatif, serta program pemberdayaan ekonomi di cabang, ranting, dan masjid Muhammadiyah,” ujarnya. Program-program tersebut mencakup pengelolaan ibadah haji, implementasi QRIS, hingga pemberdayaan ekonomi jamaah.
Ia juga menekankan pentingnya pengelolaan masjid yang tertib dan profesional.
“Keberadaan cabang, ranting, dan masjid Muhammadiyah harus memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat, baik dari segi spiritual, ekonomi, maupun sosial,” tambahnya.
Jamaludin juga memaparkan motto LPCR-PM terkait pengelolaan masjid, yaitu “Masjid Makmur, Memakmurkan”. Ia menjelaskan bahwa masjid yang makmur adalah masjid yang ramai dengan jamaah shalat, aktif dalam kegiatan pengajian, serta memiliki pengelolaan infaq, sedekah, dan wakaf yang optimal.
Sebagai langkah konkret, LPCR-PM telah menginisiasi Academy Marbot Muhammadiyah yang kini telah memasuki angkatan ketiga. Program ini bertujuan untuk memberikan pelatihan tata kelola masjid kepada para marbot dan pengurus masjid dari seluruh Indonesia. Selain itu, LPCR-PM juga menggelar workshop pengembangan ekonomi cabang, ranting, dan masjid sebagai bagian dari upaya mewujudkan masjid percontohan di setiap wilayah Muhammadiyah.
“Masjid percontohan ini harus menjadi pusat kegiatan yang memakmurkan jamaahnya. Kami ingin setiap PWM, PCM, dan PDM memiliki masjid unggulan yang dapat menjadi teladan dalam tata kelola dan pemberdayaan jamaah,” ujarnya.
Selanjutnya, Jamaludin menyoroti pentingnya masjid sebagai pusat kebangkitan umat. “Dari masjid, kita bangkit. Kita harapkan masjid menjadi tempat untuk mempelajari nilai-nilai Islam berkemajuan, yang mengajarkan solusi atas berbagai masalah kehidupan,” paparnya.
Ia juga mengajak anak-anak muda untuk lebih aktif terlibat dalam pengelolaan masjid. Menurutnya, salah satu prioritas LPCR-PM adalah menjadikan masjid sebagai tempat yang ramah dan menyenangkan bagi generasi muda.
“Kita ingin mengubah paradigma bahwa masjid bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga tempat berkumpul yang inspiratif bagi anak-anak muda,” tuturnya.
Jamaludin mencontohkan Masjid Baitul Mukhlisin di Ponorogo sebagai salah satu masjid ranting Muhammadiyah yang sukses memberdayakan jamaahnya.
“Jamaahnya sangat aktif. Mereka bahkan menjalankan usaha beras yang hasilnya digunakan untuk membantu warga sekitar. Ini bukti nyata bahwa masjid bisa menjadi solusi kehidupan,” jelasnya.
Mengakhiri sambutannya, Jamaludin menyampaikan harapan agar masjid-masjid percontohan serupa bisa hadir di Yogyakarta. Ia juga mengundang para peserta untuk bersama-sama mengikuti Academy Marbot Muhammadiyah.
Acara ini menjadi langkah strategis dalam meningkatkan tata kelola masjid Muhammadiyah melalui kolaborasi dengan Bank Muamalat. Dengan semangat kebersamaan, Muhammadiyah optimis mampu menghadirkan masjid yang tidak hanya makmur secara spiritual, tetapi juga menjadi pusat pemberdayaan umat. (aini)