MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia bekerja sama dengan Muhammadiyah menggelar acara Talkshow dan Launching Buku “Bangkitnya Kewirausahaan Sosial: Kisah Muhammadiyah” di Museum Muhammadiyah, Kompleks Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Terpadu, Yogyakarta, pada Senin (13/1).
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengungkapkan bahwa etos ekonomi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari Muhammadiyah sejak awal berdirinya.
“KH Ahmad Dahlan adalah pengusaha batik, dan setelah itu dimensi ekonomi selalu melekat dalam gerakan Muhammadiyah melalui amal usaha. Etos ini terus berkembang dan menjadi kekuatan yang membawa dampak besar bagi bangsa,” tuturnya.
Walaupun kepemimpinan Muhammadiyah pasca KH Ahmad Dahlan bukanlah dari kalangan saudagar atau pengusaha, namun etos ekonomi yang telah ditanamkan sejak awal tetap melekat kuat dan menjadi karakter khas dalam perjalanan persyarikatan.
Menurut Haedar, semangat kemandirian ekonomi yang dirintis oleh KH Ahmad Dahlan ini terus diwarisi dan dikembangkan melalui berbagai amal usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan, kesehatan, serta pemberdayaan masyarakat.
Ketua Umum KADIN Indonesia sekaligus penulis buku, M. Arsjad Rasjid, menyampaikan pentingnya gotong royong sebagai kunci kemajuan Indonesia. “Jika Pancasila itu diperas, maka intinya adalah gotong royong. Muhammadiyah telah menunjukkan model usaha sosial yang tidak hanya mengejar keuntungan, tetapi juga dampak positif bagi masyarakat,” ujarnya.
Arsjad memuji Muhammadiyah sebagai organisasi yang mampu mengatasi berbagai masalah sosial seperti ketimpangan pendidikan dan isu lingkungan.
“Muhammadiyah adalah pelopor usaha sosial terbesar di dunia. Kontribusinya terhadap bangsa luar biasa, dan buku ini menjadi pengingat bahwa kita harus bangga,” katanya. Buku ini juga diterbitkan dalam bahasa Inggris untuk menjangkau audiens global.
Direktur Badan Usaha Ditjen AHU Kemenkumham RI, Andi Taletting Langi, menilai buku ini relevan untuk memahami konsep kewirausahaan sosial dan model bisnis berkelanjutan.
“Buku ini membuka wawasan tentang tantangan dan peluang dalam kewirausahaan sosial serta menginspirasi kolaborasi,” katanya. Menteri Hukum dan HAM yang ia wakili juga turut mengapresiasi acara ini sebagai langkah strategis untuk memajukan usaha sosial di Indonesia.
Buku ini mengupas perjalanan panjang Muhammadiyah sebagai pionir socio-enterprise di Indonesia. Muhammadiyah telah menunjukkan kontribusi nyata dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi. Melalui amal usahanya, Muhammadiyah mempelopori konsep usaha sosial yang menyeimbangkan antara keberlanjutan ekonomi dan dampak sosial.
Sekretaris Umum SUMU, Ghufron Mustaqim, menyebut Muhammadiyah sebagai salah satu contoh usaha sosial yang tahan banting sepanjang sejarah.
“Indonesia dianugerahi Muhammadiyah yang menjadi socio enterprise yang luar biasa. Amal usaha Muhammadiyah begitu dekat dengan kehidupan saya. Dari lahir di RS Muhammadiyah, sekolah di Muhammadiyah, hingga mondok di Madrasah Muallimin Muhammadiyah,” ujar Ghufron.
Menurutnya, Muhammadiyah tak hanya berperan dalam dakwah keagamaan tetapi juga sebagai pilar ekonomi umat. “Sebagai kader Muhammadiyah, saya terjun ke dunia bisnis startup, berkat arahan dari almarhum Buya Syafii Maarif dan diperkuat lagi dengan pentingnya pilar ekonomi Muhammadiyah,” tambahnya.
Rektor Universitas Ahmad Dahlan, Muchlas, juga menegaskan peran Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah di berbagai bidang. “Dakwah Muhammadiyah tidak hanya dalam amar ma’ruf, tetapi juga melalui pendidikan, kesehatan, dan terutama ekonomi. Semoga acara ini meningkatkan semangat berusaha kita,” harap Muchlas.