MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Agus Taufiqurrahman, dalam khutbah Jumat di Masjid KH Ahmad Dahlan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jumat (17/1), mengajak umat Islam untuk menjadikan bertambahnya usia sebagai momentum meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.
“Seiring bertambahnya nikmat yang Allah limpahkan, mari kita terus berikhtiar menjadi hamba yang semakin taat,” ujarnya.
Agus mengingatkan pentingnya mempersiapkan kehidupan akhirat dengan amal saleh. Ia mengutip hadis Nabi yang menyebutkan bahwa orang yang cerdas adalah mereka yang sering mengingat kematian dan mempersiapkan bekal terbaik untuk akhirat.
“Kematian adalah rahasia Allah, datangnya tak terduga, dan tak bisa ditunda. Karena itu, tugas kita adalah siap sewaktu-waktu dipanggil,” tegasnya.
Dalam khutbahnya, Agus juga menyoroti pentingnya salat sebagai pilar utama dalam kehidupan seorang Muslim. Mengutip data survei tahun lalu, ia menyampaikan bahwa hanya sekitar 38% umat Islam Indonesia yang mengaku konsisten melaksanakan salat lima waktu.
“Ini menunjukkan ada pekerjaan rumah besar bagi umat Islam, karena salat adalah amal pertama yang dihisab di hari kiamat,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa salat bukan sekadar rutinitas ibadah, tetapi juga harus berdampak pada perilaku sehari-hari.
“Salat yang tegak akan mencegah seseorang dari perbuatan keji dan mungkar. Jika salat belum memberi dampak tersebut, mari kita introspeksi kembali, baik dari niat maupun cara pelaksanaannya,” ujar Agus.
Agus juga mengingatkan pentingnya membiasakan salat sejak usia dini. Ia menyesalkan data yang menunjukkan rendahnya persentase generasi muda, khususnya milenial dan generasi Z, yang melaksanakan salat lima waktu.
“Padahal, kewajiban salat tidak menunggu usia tua. Orang tua perlu tegas mendidik anak untuk salat sejak usia tujuh tahun, seperti yang diajarkan Rasulullah,” pesannya.
Di penghujung khutbah, Agus menyampaikan kisah inspiratif dari seorang dokter di Arab Saudi, Dr. Khalid. Ia menceritakan seorang pasien perempuan yang wafat dalam keadaan mengucapkan kalimat syahadat dengan sempurna, setelah seumur hidupnya konsisten melaksanakan salat tahajud.
“Semoga kisah ini menjadi motivasi bagi kita semua untuk istiqamah dalam salat, baik wajib maupun sunah, agar kita dipanggil Allah dalam keadaan husnul khatimah,” tutupnya.