MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Dalam mengelola Perguruan Tinggi Muhammadiyah-’Aisyiyah (PTMA), Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir sarankan menggunakan filosofi sepakbola Eropa.
Haedar membandingkan, filosofi sepakbola Eropa cara bermainnya menggunakan sistem. Filosofi itu tentu jauh berbeda dengan filosofi sepakbola misalnya di Brasil atau kawasan Amerika Latin lainnya.
“Gaya bermain Brazil sekarang ketinggalan,…. karena memakai pola lama. Pemain bertalenta tinggi gocek bola terlalu lama jadi mudah direbut. Tidak main sistem. Sementara gaya Eropa memakai sistem, dan itulah Muhammadiyah. Tapi sistempun harus diperbaharui,” ungkapnya.
Namun demikian, menganut sistem juga tidak boleh stagnant – melainkan harus diperbarui sebab dunia terus berubah ke arah yang lebih maju. Maka pengelolaan PTMA tidak boleh puas dengan sistem lama.
Hal itu disampaikan Haedar Nashir pada Jumat (17/1) dalam Pembukaan Rakornas bidang Sumber Daya Manusia dan Keuangan Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah di Jakarta.
Model pengembangan PTMA yang tersistem diharapkan mampu mendongkrak peringkat kampus di level nasional bahkan dunia. Terlebih saat ini masih sedikit kampus Indonesia yang bertengger di posisi bagus di skala internasional.
Dalam perangkingan dunia, negara-negara seperti Brasil, Meksiko, Qatar, Arab Saudi, termasuk juga Korsel dan Hongkong yang dulunya diasumsikan biasa saja kini mampu menempatkan perguruan tingginya di rangking yang bagus untuk kelas dunia.
Haedar pada kesempatan ini selain mengapresiasi juga menyampaikan terima kasih atas dedikasi yang diberikan pengurus Majelis Diktilitbang dan Pimpinan PTMA di tengah tantangan yang tidak ringan.
“Berbagai capaian kemajuan yang telah diraih dengan kluster yang berbeda-beda, antara yang sudah tingkat tinggi, menengah, dan di bawah. Saya yakin semua berkat pengkhidmatan,” katanya.
Ke depan PTMA diharapkan Haedar kurvanya semakin membaik dari sisi kualitas. Jumlah PTMA tingkat tinggi semakin banyak. PTMA juga diharapkan unggul berkemajuan atau berdaya saing tinggi.
“Agar kuantitas kita terjaga. Tetapi didukung oleh kualitas. Namun juga ada ekspansi kita menambah kuantitas yang berkualitas,” tutur Haedar.
Sementara itu, Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, Bambang Setiaji menyampaikan supaya PTMA menggunakan analisis Cointegrasi dengan wawasan internasional untuk maju. Sebab menurutnya PTMA saat ini masih perlu ada perbaikan.
Analisis cointegrasi, katanya, dapat melihat perkembangan PTMA di masa depan. Setelah melihat kondisi PTMA melalui cointegrasi, Bambang meminta supaya PTMA lebih terintegrasi, progresif, dan ‘menyerang’.
“Kata bijak bilang lebih baik kalah menyerang daripada kalah bertahan. Menyerang ada kemungkinan menang,” kata Bambang.
Acara yang digelar selama tiga hari di Grand Sahid Hotel Jakarta ini diikuti oleh berbagai rektor PTMA dan jajaran, serta perwakilan BPH PTMA se-Indonesia dengan host atau tuan rumahnya Unismuh Makassar.