MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Pada kegiatan Stadium General yang diadakan oleh Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yogyakarta pada Senin (27/1) bertempat di Aula Gedung Pusbang Muhammadiyah, para thalabah dan thalibat PUTM yang menjadi peserta di acara tersebut disuguhi materi yang luar biasa dan disampaikan oleh Rofiq Muzakkir Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah tentang “Ulama dan Gen-z : genealogi dan kiprah di masa depan”.
Pada kesempatan tersebut Rofiq menyampaikan bahwa manusia harus menyadari kelemahan dan kelebihannya. Pernyataan tersebut ditekankan oleh Rofiq mengingat para thalabah/thalibat Gen Z sebagai calon ulama masa depan.
“Seseorang harus sadar akan kelemahan, tapi juga tahu akan kelebihannya dan jangan pernah merasa menjadi generasi yang paling problematik. Maka dengan situasi saat ini, Gen Z perlu berkaca pada zaman Nabi Muhammad Saw yang dikelilingi oleh para pemuda. Salah satu pemuda pada zaman tersebut adalah Zaid bin Tsabit, Ia masuk Islam pada usia 11 tahun dan terkenal akan semangat keberaniannya. Hal itu menggambarkan bahwa orang-orang pada usia muda itu memiliki potensi yang lebih tinggi dari pada yang lainnya,” tutur Rofiq.
Kemudian strategi dalam menyiapkan kader muda Muhammadiyah harus benar-benar disiapkan. Rofiq menjelaskan bahwa harus terdapat dua hal yang diperhatikan yaitu tradisi (Al-Turats) dan kemoderenan (Al-Hadatsah).
“Strategi dalam menyiapkan kader muhammadiyah perlu disiapkan dan ada 2 hal yang harus dikuasai yaitu tradisi (Al-Turats) dan kemoderenan (Al-Hadatsah). Manifestasi tradisi itu terdapat di kitab kuning, maka Gen Z juga harus banyak berinteraksi dengan kitab kuning. Sedangkan manifestasi kemoderenan adalah bahasa inggris, ilmu sosial dan humaniora serta teknologi (sosial media),” ujar Rofiq.
Dalam penutupnya, Rofiq memberikan pesan yang mendalam bahwa tugas pokok dalam kiprah stategis ulama gen Z adalah menjadi pemimpin dan problem solver bagi masyarakat. Penting bagi ulama untuk menjadi garda terdepan yang menyatukan antara ilmu dan moral sehingga dapat menjadi contoh dalam mengintegrasikan ilmu, akhlak/moral, dan amal.
“Tugas pokok dalam kiprah strategis ulama gen Z adalah menjadi pemimpin masyarakat (civic leader). Ulama harus berada di tengah-tengah masyarakat dan bisa menjadi Problem Solver, selain itu juga menjadi penyeimbang pemerintah, yang mana pemerintah itu memiliki potensi kerusakan. Maka dari itu, ulama harus menjadi garda terdepan yang menyatukan antara ilmu dan moral serta menjadi contoh dalam mengintegrasikan ilmu dan akhlaq juga ilmu dan amal,” jelasnya.
Tentu pada pemaparan materi tersebut, peserta yang merupakan thalabah/thalibat Gen Z dan merupakan calon ulama masa depan masih perlu banyak belajar dan disiapkan dengan strategi yang matang. Seorang penuntut ilmu tidak boleh memiliki pandangan yang pesimis, menjalani dengan semangat kehidupan dan senantiasa memohon pertolongan kepada Allah merupakan bagian yang harus dilakukan oleh setiap individu untuk menjalani jalan pilihan di kehidupannya. (bhisma)