MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Dalam pengajian Tarjih pada Rabu (25/12), Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Hamim Ilyas membahas tentang Surah Al-Baqarah Ayat 255 yang dikenal sebagai Ayat Kursi. Dalam kajian ini, beliau menjelaskan mengenai keistimewaan ayat tersebut dan pentingnya bagi umat Islam.
Ayat Kursi dimulai dengan bacaan “A’udzubillahiminasyaitonirrajim, Allahu la ilaha illa hu, hayyul qayyum.” Dalam tafsir At-Tanwir, penafsiran ayat ini dimulai dengan membahas kekhususan Ayat Kursi yang dianggap sangat istimewa dalam Al-Qur’an. Ayat ini sangat dihargai oleh umat Islam, bahkan menjadi bagian dari living Quran yang selalu hidup dan dipraktikkan dalam kehidupan umat Islam.
“Keistimewaan Ayat Kursi ini diapresiasi umat Islam, sehingga ayat ini tidak hanya dibaca untuk perlindungan dari gangguan setan, tetapi juga dijadikan wirid untuk memohon perlindungan Allah,” ujar Hamim Ilyas.
Beliau juga menyebutkan hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah, yang menyatakan bahwa siapa yang membaca Ayat Kursi sebelum tidur akan mendapatkan perlindungan dari Allah, dan setan tidak akan mendekatinya hingga pagi hari. Ini menjadikan Ayat Kursi sebagai ayat al-khirzi atau ayat perlindungan bagi umat Islam.
Dalam kajian lebih lanjut, Hamim Ilyas mengutip hadis dari Ubay bin Ka’ab, seorang sahabat Nabi yang menghafal seluruh Al-Qur’an. Ketika Nabi bertanya padanya tentang ayat yang paling agung, Ubay menjawab, “Allahu la ilaha illa hu, hayyul qayyum.”
Nabi mengonfirmasi jawabannya dan menjelaskan bahwa pengetahuan tentang Ayat Kursi ini akan membantu umat Islam menjalani kehidupan dengan ringan, karena ayat ini menyadarkan mereka tentang keesaan Allah dan pengaturan-Nya terhadap seluruh alam semesta.
Hamim Ilyas juga mengajak umat Islam untuk tidak hanya membaca Ayat Kursi sebagai bacaan perlindungan, tetapi juga untuk menyadari bahwa ayat ini membentuk kesadaran tentang tauhid dan keilmuan. Ayat ini, menurutnya, harus membangun kesadaran umat Islam bahwa hidup mereka tergantung pada Allah yang Maha Hidup dan Maha Tegak.
Lebih lanjut, beliau menjelaskan tafsir dari kata “Hayyul Qayyum” yang bermakna bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Mengatur segala sesuatu. “Maha Hidup” di sini berarti Allah mengatur semua kehidupan di alam semesta, sementara “Maha Tegak” mengisyaratkan bahwa Allah berdiri sendiri tanpa bergantung pada apapun, berbeda dengan makhluk-Nya yang keberadaannya bergantung pada-Nya.
“Keberadaan kita sebagai makhluk tidaklah mutlak, kita bergantung pada Allah dalam segala hal. Allah mengelola kehidupan ini dengan hukum-hukum alam yang ditentukan-Nya, namun Dia juga mengatur dengan hukum yang lebih tinggi, seperti yang terjadi pada Nabi Ibrahim yang tidak terbakar meski dibakar api,” kata Hamim Ilyas, menegaskan konsep tentang ketergantungan makhluk terhadap Tuhan.