KH Ahmad Dahlan merupakan seorang pendakwah yang luar biasa. Ia mampu menerjemahkan pesan-pesan abstrak dalam Al-Qur’an menjadi praksis gerakan amal yang nyata. Salah satu langkah monumental yang diambilnya adalah mempraktikkan nilai-nilai dari QS. Al-Maun.
Kita tahu bahwa QS Al Maun merupakan salah satu surah yang pendek. Tapi surah ini diawali dengan pertanyaan yang cukup menohok: “Tahukah kamu siapa yang mendustakan agama?”. Dalam surat tersebut, agama didefinisikan secara konkret sebagai kepedulian terhadap anak yatim dan orang miskin. KH Ahmad Dahlan menjadikan surat ke-107 ini bukan hanya sekadar teks doktrinal, tetapi fondasi bagi sebuah gerakan sosial yang masif.
Pemikiran dan aksi KH Ahmad Dahlan kemudian berkembang menjadi apa yang dikenal sebagai “Teologi Al-Maun”. Teologi ini menekankan pentingnya berbuat baik, peduli terhadap sesama, dan berkontribusi positif kepada masyarakat, terutama menolong mereka yang berada dalam kondisi lemah dan terpinggirkan.
KH Ahmad Dahlan paham bahwa orang lemah tidak boleh dihina atau direndahkan, sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok).” (QS. Al-Hujurat: 11).
Nabi Muhammad SAW juga memperkuat prinsip ini melalui sabdanya: “Allah menolong umat ini berkat orang-orang yang lemah, melalui doa, salat, dan keikhlasan mereka.” (HR. An-Nasai). KH Ahmad Dahlan memahami bahwa kaum lemah bukanlah beban masyarakat, melainkan kelompok yang harus diberdayakan melalui tindakan nyata. Mereka membutuhkan santunan, bukan penghinaan.
Dari pemahaman ini, Teologi Al-Maun melahirkan beragam inisiatif amal sosial yang menjadi ciri khas Muhammadiyah. KH Ahmad Dahlan mendirikan sekolah-sekolah di pelosok negeri untuk memberikan akses pendidikan bagi masyarakat yang terpinggirkan. Rumah sakit Muhammadiyah didirikan untuk melayani kebutuhan kesehatan tanpa memandang status sosial. Selain itu, berbagai layanan sosial keagamaan juga dihadirkan untuk menjangkau mereka yang membutuhkan uluran tangan.
Gerakan yang dirintis KH Ahmad Dahlan bukan hanya sekadar membangun infrastruktur sosial, tetapi juga mengubah cara pandang masyarakat terhadap agama. Baginya, agama adalah sumber inspirasi bagi perubahan sosial yang lebih adil dan manusiawi. Dengan Teologi Al-Maun, KH Ahmad Dahlan memberikan warisan berharga bagi umat Islam: keyakinan bahwa kepedulian terhadap kaum lemah adalah wujud konkret dari pengamalan ajaran agama.