MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Konsep surga dan neraka kembali menjadi sorotan dalam Kajian Senin Sore yang diselenggarakan di Masjid KH Sudja, Yogyakarta, pada Senin (16/12). Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Budi Jaya Putra, tampil sebagai pemateri.
Dalam kajiannya, Budi Jaya Putra membuka dengan pertanyaan retoris yang mengundang senyum jemaah, “Kira-kira Bapak Ibu mau transit enggak tuh, mau mampir dulu enggak ke neraka ya? Penginnya langsung ya?” Disampaikan bahwa tema ini penting karena menyangkut pemahaman umat tentang balasan akhirat yang kerap disalahartikan.
Budi menjelaskan, surga dalam Al-Qur’an disebut dengan istilah Jannah, yang berarti tersembunyi. “Jannah itu sama asal katanya dengan janin, artinya sama-sama tersembunyi,” ujarnya sambil merujuk tafsir At-Tanwir karya Muhammadiyah.
Budi menambahkan bahwa surga merupakan tempat penuh kenikmatan yang disediakan Allah untuk orang beriman dan beramal saleh, sebagaimana dijelaskan dalam berbagai ayat Al-Qur’an seperti At-Taubah ayat 21-22 dan An-Nisa ayat 57.
Namun, tidak semua mukmin langsung masuk surga. Budi menegaskan bahwa ada mukmin berdosa yang harus “transit” terlebih dahulu di neraka sebagai bentuk penyucian sebelum akhirnya masuk ke surga. “Siapa yang transit ke neraka dulu? Orang mukmin yang berdosa,” jelasnya tegas.
Lebih lanjut, Budi menyoroti keimanan yang jujur sebagai syarat utama masuk surga. “Apakah ada keimanan yang tidak jujur? Ada. Itu adalah keimanan yang pilih-pilih,” ungkapnya sambil menyinggung fenomena praktik keagamaan yang belum kaffah.
Beliau memberi contoh, seperti perempuan yang berhijab hanya saat momen tertentu, atau larangan khamr yang diabaikan dengan dalih sekadar “mengantar”.
Budi juga mengingatkan bahaya kesyirikan yang sering kali tidak disadari. Menurutnya, syirik adalah menyamakan Allah dengan makhluk lain atau percaya pada sesuatu selain Allah. “Ada orang yang takut lewat tempat tertentu karena mitos. Atau merasa pakai cincin bisa bawa wibawa. Itu sudah masuk syirik,” tandasnya.
Dalam pemaparannya, Budi turut menyebutkan berulangnya istilah surga dan neraka dalam Al-Qur’an sebagai pengingat. Kata “surga” disebutkan 144 kali, sedangkan “neraka” 136 kali. Hal ini, menurutnya, menegaskan bahwa balasan akhirat adalah kepastian yang harus disiapkan sejak di dunia. “Jangan dikit-dikit neraka, dikit-dikit neraka. Kita harus memahami konsep ini dengan bijak,” imbuhnya.
Budi kemudian mengingatkan jamaah untuk mengevaluasi diri agar terhindar dari transit di neraka. “Orang mukmin yang berdosa bisa masuk neraka dulu, tapi bagi yang keimanannya jujur dan amalnya saleh, insya Allah langsung ke surga,” pungkasnya dengan mengutip beberapa ayat sebagai penguat.