MUHAMMADIYAH.OR.ID, AUSTRALIA – Dinamika global yang semakin kompleks, Muhammadiyah terus melebarkan sayap dakwahnya hingga ke benua Australia. Penyelenggaraan Baitul Arqam oleh Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Australia di Canberra dalam tiga hari (27-31 Desember 2024) menjadi bukti nyata keseriusan gerakan Islam berkemajuan ini dalam membangun jejaring internasional yang kokoh dan berkelanjutan.
Pemilihan Australia sebagai lokasi penyelenggaraan Darul Arqam bukanlah tanpa makna. Negeri yang dikenal dengan julukan Benua Kanguru ini merepresentasikan tantangan sekaligus peluang bagi dakwah Islam di era digital dan teknologi informasi saat ini. Dengan masyarakatnya yang multikultur dan sistem sosial yang menjunjung tinggi keberagaman, Australia menjadi laboratorium sempurna bagi implementasi Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir secara daring memberikan makna mendalam bagi lebih dari 50 peserta yang hadir dari berbagai penjuru Australia.
Dalam amanatnya, Haedar berpesan tentang pentingnya pemahaman ihsan dalam konteks Islam yang berdimensi rasa, batin, dan keruhanian menjadi kompas yang tepat bagi para kader Muhammadiyah di negeri multikultur ini.
Menurutnya, pendekatan multi-perspektif mencerminkan kearifan dalam memahami kompleksitas kehidupan beragama di tengah masyarakat yang heterogen.
Prof. Najib, selaku Atase Pendidikan KBRI Australia, memberikan perspektif yang melengkapi dengan menekankan urgensi kontribusi positif Muhammadiyah dalam membangun citra Islam dan Indonesia di mata masyarakat Australia.
Hal ini menegaskan bahwa kehadiran Muhammadiyah di Australia bukan sekadar untuk eksistensi, melainkan untuk memberikan nilai tambah bagi masyarakat setempat.
Dalam kesempatan ini juga dilakukan pengukuhan Pimpinan Ranting Istimewa NSW (PRIM NSW) dan Pimpinan Ranting Istimewa ‘Aisyiyah (PRIA) NSW periode 2024-2026 dalam rangkaian acara ini semakin memperkuat fondasi gerakan Muhammadiyah di Australia. Ini menunjukkan bahwa internasionalisasi Muhammadiyah bukan sekadar wacana, melainkan gerakan nyata yang terstruktur dan terorganisir dengan baik.
Baitul Arqam yang diselenggarakan di Pusat Kebudayaan Indonesia ini menjadi titik tolak strategis dalam membentuk kader-kader Muhammadiyah yang tidak hanya militant dalam pemahaman organisasi, tetapi juga cakap dalam menerjemahkan nilai-nilai Islam berkemajuan dalam konteks masyarakat Australia.
Para peserta tidak hanya dibekali dengan pemahaman doktrinal, tetapi juga dengan keterampilan praktis dalam mengelola dakwah di tengah masyarakat majemuk.
Hal ini juga bagaimana trainer yang dikirim langsung oleh MPKSDI (Majlis Pendidikan Kadera dan Sumber Daya Insani) Pimpinan Pusat Faiz Rafdhi dan Erik Tauvani Somae.
Kegiatan ini menjadi bukti bahwa Muhammadiyah telah berhasil mentransformasikan dirinya dari gerakan dakwah nasional menjadi gerakan Islam transnasional yang adaptif dan responsif terhadap tantangan zaman. Melalui pembentukan kader internasional yang mumpuni, Muhammadiyah membangun jembatan pemahaman antara nilai-nilai Islam yang universal dengan kearifan lokal Australia.
Tantangan ke depan tentu tidak ringan. Para kader Muhammadiyah di Australia dituntut untuk mampu menerjemahkan semangat Islam berkemajuan dalam bahasa yang dapat dipahami dan diterima masyarakat setempat.
Namun, dengan bekal pemahaman komprehensif yang diperoleh melalui Baitul Arqam ini, insya Allah mereka akan mampu menjadi duta-duta Islam yang rahmatan lil ‘alamin di Benua Australia.