MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah akan menyelenggarakan Konferensi Mufasir Muhammadiyah II pada Jumat hingga Ahad (13-15/12) di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA (UHAMKA), Jakarta.
Acara bertema “Mewujudkan Tafsir at-Tanwir Muhammadiyah sebagai Landasan Gerak Pemikiran Tajdid yang Responsif dan Dinamis untuk Memajukan Indonesia dan Mencerahkan Semesta” ini bertujuan strategis untuk mempercepat penyelesaian tafsir jama’i yang mencakup 30 juz Al-Qur’an.
Ketua Pelaksana, Aly Aulia, mengungkapkan bahwa konferensi ini menjadi momen penting untuk merajut jaringan intelektual di kalangan mufasir Muhammadiyah sekaligus menguatkan metodologi tafsir yang sesuai dengan semangat tajdid.
“Muhammadiyah telah lama mendambakan hadirnya tafsir jama’i yang utuh dan sistematis. Konferensi ini menjadi langkah nyata untuk menyelesaikan Tafsir at-Tanwir, yang hingga kini baru mencapai Juz 2,” jelasnya.
Selama ini, tafsir di lingkungan Muhammadiyah lebih banyak bersifat tematik, seperti Tafsir Tematik al-Qur’an tentang Hubungan Sosial Antarumat Beragama, atau bersifat personal seperti Tafsir al-Hidayah karya Saad Abdul Wahid. Dengan adanya Tafsir at-Tanwir, Muhammadiyah diharapkan dapat memberikan kontribusi monumental bagi pemikiran Islam kontemporer.
Rangkaian Kegiatan Konferensi
Konferensi ini terdiri atas seminar dan lokakarya yang berlangsung selama tiga hari. Pada Jumat (13/12), Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, akan membuka acara dengan khutbah iftitah yang menyoroti urgensi Tafsir at-Tanwir. Seminar hari pertama juga menghadirkan narasumber seperti Muhammad Quraish Shihab dan Abdul Mu’ti yang akan membahas metodologi tafsir kontemporer.
“Seminar ini akan memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana metodologi tafsir dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan zaman. Kami menghadirkan para ahli yang memiliki reputasi akademik luarbiasa untuk memperkaya diskusi,” kata Aly Aulia.
Pada Sabtu (14/12), sesi lokakarya akan mengadakan forum panel dan diskusi paralel. Panel akan membahas arah dan peta jalan penulisan Tafsir at-Tanwir, dipandu oleh pakar Muhammadiyah seperti Syamsul Anwar dan Hamim Ilyas. Peserta juga akan mempresentasikan dan merevisi naskah tafsir yang sudah ditulis, berdasarkan masukan dari para ahli.
Konferensi akan ditutup pada Ahad (15/12) dengan Sidang Pleno Mufasir, yang akan merangkum hasil diskusi dan memberikan panduan lebih lanjut. “Kami berharap, sidang pleno ini menjadi titik awal percepatan penyelesaian Tafsir at-Tanwir yang komprehensif dan sistematis,” ujar Aly Aulia.
Acara ini diharapkan tidak hanya memperkuat posisi Muhammadiyah dalam kajian tafsir Al-Qur’an, tetapi juga memberikan landasan pemikiran yang responsif dan dinamis untuk mencerahkan semesta.