MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA — Tafsir At-Tanwir saat ini menjadi produk monumental dari Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Tafsir ini menawarkan spirit yang responsif, inspiratif, dan membangkitkan etos kehidupan umat.
Dalam Konferensi Mufasir Muhammadiyah yang berlangsung Sabtu (14/12) di Universitas Muhammadiyah Prof Dr HAMKA, Jakarta, Ketua Divisi Kajian Al-Qur’an dan Hadis Majelis Tarjih Ustadi Hamsah memaparkan visi besar di balik proses panjang penyusunannya.
Menurutnya, sisi spirit Tafsir At-Tanwir memiliki tiga elemen utama. Pertama adalah responsivitas, yakni kemampuan tafsir ini merespons persoalan-persoalan aktual yang dihadapi manusia. Tafsir ini hadir untuk menjawab tantangan zaman dan memberikan solusi berdasarkan nilai-nilai Al-Qur’an.
Kedua, tafsir ini bersifat inspiratif. Tidak hanya memberikan pemahaman, tetapi juga mendorong umat Islam untuk lebih dinamis, kreatif, dan inovatif dalam menjalani kehidupan. Spirit inspiratif ini diharapkan mampu membangun motivasi bagi umat untuk terus memperbaiki diri dan lingkungannya.
Ketiga adalah upaya membangkitkan etos, yang mencakup empat dimensi: etos ibadah, etos ekonomi, etos sosial, dan etos keilmuan. “Etos ini merupakan fondasi untuk membangun kehidupan umat yang tidak hanya bermakna secara spiritual, tetapi juga material,” ujarnya.
Namun, menghasilkan tafsir yang memiliki spirit dinamis seperti ini bukanlah proses yang sederhana. Proses penyusunan Tafsir At-Tanwir melibatkan berbagai tahap yang terstruktur dan melibatkan banyak pihak, mulai dari mufasir hingga tim editor.
Alur penulisannya dimulai dari halaqah pemetaan dan penentuan mufasir oleh Majelis Tarjih dan tim editor. Setelah mufasir ditetapkan, mereka akan menjalani koordinasi intensif untuk menyelaraskan ide-ide utama dan teknis penulisan. Selanjutnya, proses penulisan dilakukan oleh para mufasir, yang terus dipantau dan dibimbing oleh tim asistensi Tafsir At-Tanwir.
Tahap berikutnya adalah presentasi hasil tulisan dalam halaqah tafsir, di mana para mufasir memaparkan hasil kerja mereka. Tulisan ini kemudian dikritisi oleh tim ahli untuk memastikan kesempurnaan substansi dan relevansi tafsir. Setelah mendapat masukan, mufasir diwajibkan merevisi tulisan mereka sesuai dengan arahan tim ahli.
Setelah revisi selesai, naskah akan masuk ke tahap penyuntingan teknis oleh tim editor. Pada tahap ini, hal-hal seperti tanda baca, transliterasi, catatan kaki, dan format disempurnakan melalui proses konsinyering. Setelah semua tahapan ini rampung, naskah-naskah tersebut dikumpulkan menjadi sebuah karya tafsir utuh.
“Proses rumit ini dilakukan untuk memastikan bahwa Tafsir At-Tanwir memiliki kualitas yang mampu memberikan daya gedor solusi atas segala problematika manusia,” tegasnya.
Pendekatan yang demikian terperinci dan berlapis ini diharapkan Tafsir At-Tanwir menjadi panduan keagamaan sekaligus katalis bagi transformasi sosial. Tafsir ini membawa semangat progresif khas Muhammadiyah, menjembatani nilai-nilai Al-Qur’an dengan kebutuhan zaman.