MUHAMMADIYAH.OR.ID, KUPANG – Menteri Agama Republik Indonesia (Menag RI) Prof. Nasaruddin Umar minta masukan dari Muhammadiyah untuk membuat arah dan kebijakan Kemenag.
Permintaan itu disampaikan ketika hadir di arena Tanwir I Muhammadiyah periode Muktamar ke-48 pada (5/12) yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Kupang (UMK).
Guru Besar Tafsir Al Qur’an ini mengapresiasi agenda ini, terlebih diselenggarakan di Kota Kupang Nusa Tenggara Timur.
Menurutnya ini adalah kearifan Muhammadiyah yang jeli dan mampu menemukan keunikan dan berbagai perspektif.
Tokoh kelahiran Bone ini mengaku tidak ada jarak dengan Muhammadiyah, meski saat ini dia menjabat Rais Aam Pimpinan Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
“Muhammadiyah tidak asing bagi saya karena kakek saya pendiri Muhammadiyah Sulawesi Selatan, Haji Muhammad Ali Umar,” ungkapnya.
Sementara keterkaitannya dengan NU didapatkannya dari jalur ayah. Di mana Andi Muhammad Umar, ayahnya, merupakan pendiri Gerakan Pemuda (GP) Ansor di Sulawesi Selatan.
“Saya besar dari keluarga Muhammadiyah. Tapi bapak saya adalah pendiri Ansor Sulsel,” katanya.
Oleh karena itu Prof. Nasar merasa ingin selalu berdekatan dengan Muhammadiyah dan NU. Sebab kedua organisasi ini memiliki tempat yang istimewa dalam hatinya.
Prof. Nasar menganggap Muhammadiyah sebagai ‘ayahanda’, maka kedatangannya ke arena Tanwir I ini tentu memposisikan diri sebagai anak yang meminta arahan dari Muhammadiyah dalam memimpin Kementerian Agama.
“Berilah masukan untuk kami atas apa yang kami lakukan, agar dapat memberikan kejayaan bangsa Indonesia,” tuturnya.
Muhammadiyah sebagai wadah ulama, kata Prof.Nasar, harus menjadi kesatuan dengan umara’. Melalui bersatunya ulama dan umara’ diharapkan negeri ini tidak hanya besar secara fisik, tapi juga jiwa atau ruhnya.
Sementara itu, rapinya administrasi yang dimiliki Muhammadiyah diharapkan Menag supaya dapat diberikan ke organisasi keagamaan Islam yang lain, sehingga tidak ada lagi organisasi keagamaan ‘papan nama’ saja.
Imam Besar kelima Masjid Besar Istiqlal Jakarta ini berharap, bersatunya ulama dan umara’ akan membuat Indonesia semakin berjaya dikancah dunia.