MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURABAYA – Dakwah dalam dalam sudut pandang Muhammadiyah selain mengajak kepada kebaikan, juga harus dilakukan dengan cara yang menggembirakan, mencerahkan dan memajukan.
Dakwah sebagai aktivitas tak terpisahkan dari setiap muslim, tak hanya dilakukan secara individu, dakwah juga dapat dilakukan dengan cara berorganisasi. Di mana saat ini sudah banyak kanal organisasi dakwah di Indonesia.
Dalam perspektif Kepribadian Muhammadiyah dakwah juga disebutkan sebagai usaha mencegah keburukan, dan mengajak kepada kebaikan. Tidak berhenti di situ, tapi juga harus disertai dengan keteladanan yang baik atau akhlakul karimah.
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir pada Senin (9/10) di Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya menjelaskan bahwa dakwah Muhammadiyah harus multiaspek termasuk disertai keteladanan.
“Keteladanan ngomong serba baik. (jangan) menuduh orang lain salah dan mengajak baik, tapi perilakunya tidak baik akhirnya jatuh di hadapan publik,” pesan Haedar untuk mubalig Muhammadiyah.
Guru Besar Ilmu Sosiologi ini menjelaskan, saat ini agama menjadi entertainment. Materi ceramah yang banyak diikuti adalah yang banyak humornya. Muhammadiyah tidak melarang humor atau candaan, tapi jangan materi ceramah isinya hanya humor saja.
Haedar juga menyebut, fenomena mubalig yang serius dengan muatan materi yang ‘daging semua’ lebih sedikit didengar publik. Sebaliknya, mubalig yang materi ceramahnya lebih banyak diikuti.
Fenomena itu, katanya, yang menjadi salah satu pemicu keterlambatan umat untuk bekembang dan maju. Sebab materi-materi keagamaan yang didapatkannya hanya sebatas kulit tidak sampai pada substansi.