MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Syamsul Anwar, menegaskan pentingnya percepatan penyelesaian Tafsir At-Tanwir dalam periode ini. Hal tersebut diungkapkannya dalam acara Halaqah Pra Penulisan Tafsir At-Tanwir yang berlangsung di Yogyakarta pada Sabtu (16/11).
“Tafsir At-Tanwir merupakan proyek strategis Muhammadiyah yang harus diselesaikan dalam periode ini. Kalau tidak ditekadkan untuk jadi, dikhawatirkan akan terbengkalai,” ujar Syamsul. Ia mengingatkan bahwa keinginan Muhammadiyah untuk memiliki tafsir kolektif yang lengkap 30 juz sudah ada sejak era penjajahan Belanda.
Syamsul menjelaskan, Tafsir At-Tanwir memiliki corak tahlili cum maudhui atau tafsir analisis tematik. Artinya, tafsir ini bersifat tahlili, dalam arti penafsiran dilakukan secara berurutan dari permulaan hingga akhir Al-Qur’an. Namun, pengupasan dilakukan sesuai tema yang muncul dalam pasase ayat yang sedang ditafsirkan, dengan urutan ayat-ayat yang dikelompokkan menurut tema.
Syamsul mengakui bahwa pendekatan ini tidaklah mudah. “Corak ini sangat berat dan barangkali menjadi salah satu tantangan besar yang harus diatasi para mufasir,” ujar Syamsul.
Sementara itu, Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Hamim Ilyas, menjelaskan bahwa Tafsir At-Tanwir memiliki karakteristik yang membedakannya dari tafsir lain. “Tafsir ini memiliki etos ilmu, sosial, ekonomi, dan agama. Karakter ini tidak hanya menjadi pembeda, tetapi juga menegaskan paham Islam berkemajuan sesuai visi Muhammadiyah,” jelas Hamim.
Hamim menambahkan, dalam kerangka tematik Tafsir At-Tanwir, Al-Qur’an diposisikan sebagai kitab pembangunan peradaban. Hal ini sejalan dengan QS. Al-Maidah ayat 3 yang menekankan Islam sebagai agama (din) dan nikmat (ni’mah), yaitu keadaan baik dalam seluruh aspek kehidupan.
“Untuk mencapai keadaan baik itu, diperlukan pembangunan peradaban. Al-Qur’an, seperti dalam surah Al-An’am, mengajarkan kecerdasan dan visi membangun peradaban yang terhubung dengan konsep Islam berkemajuan,” katanya.
Melalui Tafsir At-Tanwir, Muhammadiyah berharap dapat mengukuhkan peradaban Islam yang menyatukan berbagai aspek kehidupan. “Peradaban Islam adalah peradaban yang saling menghubungkan: antara agama dan ilmu, manusia dan Tuhan. Ini berbeda dari peradaban monolistik yang cenderung memisahkan keduanya,” pungkas Hamim.
Tafsir At-Tanwir menjadi langkah strategis Muhammadiyah dalam memperkuat dakwah keilmuan dan membangun peradaban Islam yang relevan dengan tantangan zaman.