MUHAMMADIYAH.OR.ID, SIKKA – Penyintas bencana erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki yang berada di Desa Kringa, Natagahar, dan Bogonata Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka mendapat bantuan dari Relawan Muhammadiyah.
Bantuan kepada penyintas erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki itu disalurkan oleh Relawan Muhammadiyah pada (10/11). Bantuan yang diserahkan saat ini meliputi sembako, obat-obatan, alat mandi, dan kebutuhan mendasar lainnya.
Tak hanya bantuan sembako, Relawan Muhammadiyah yang juga terdiri dari tim kesehatan dari Klinikmu Ende juga memberikan pemeriksaan kesehatan, dan memberikan obatan-obatan bagi penyintas yang membutuhkan.
Sebagai informasi, saat ini yang Relawan Muhammadiyah yang terjun ke penyintas erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki terdiri dari MDMC, IMM Sikka – mahasiswa Universitas Muhammadiyah Maumere (Unimof), Klinikmu Ende, KPA Talas, dan guru-guru MI Muhammadiyah Waioti.
Relawan Muhammadiyah, Sahdan Saputra menyampaikan turun aksi yang dilakukan oleh Muhammadiyah merupakan komitmen kemanusiaan dalam merespon situasi bencana dengan cepat, dan komprehensif.
Selain penyaluran bantuan berupa sembako dan pemeriksaan kesehatan, Relawan Muhammadiyah juga memberikan pemulihan psikologis atau trauma healing dengan aktivitas edukatif dan menghibur.
Sahdan berharap, kehadiran Relawan Muhammadiyah di penyintas erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki dapat memberikan ketenangan dan harapan bagi para penyintas untuk tetap semangat menjalani kehidupan sehari-hari.
Pentingnya Mitigasi Bencana Erupsi Gunung Berapi Berbasis Konteks Lokasi
Secara terpisah, Ketua Lembaga Resiliensi Bencana (LRB) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Budi Setiawan menyampaikan bencana erupsi gunung berapi ini spesifik berbeda dengan bencana-bencana yang lainnya.
Budi juga menyampaikan, bahwa kegiatan tanggap darurat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki ini akan berlangsung sampai Bulan Desember, dan bisa lebih lama lagi. Oleh karena itu perlu ada perencanaan yang matang dan efektif.
“Gunung ini (Lewotobi Laki-laki) ini berbeda dengan gunung yang sangat aktif seperti Gunung Merapi, Semeru dan lain-lain yang pemantauannya sangat aktif. Gunung ini sebelumnya tidak ada peringatan – indikasi apa gitu, terus tiba-tiba statusnya awas,” ungkapnya.
“Memang gunung-gunung itu memiliki karakteristik tersendiri, jadi kita tidak bisa memakai standar yang sama untuk melihat potensi bencana dari gunung-gunung itu,” imbuhnya.
Oleh karena itu perlu ada langkah-langkah mitigasi yang disesuaikan dengan konteks setiap lokasi. Khususnya kepada LRB di setiap wilayah untuk mencermati kekhasan potensi bencana setiap gunung yang berada di wilayah tersebut.