MUHAMMADIYAH.OR.ID, RIO DE JANEIRO — Pada minggu terakhir Juli 2024, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Syamsul Anwar, melakukan kunjungan ke Brasil. Ia bersama rombongan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) yang dipimpin Muhadjir Effendi untuk menghadiri pertemuan tingkat menteri G20.
Selain terkait pembentukan Aliansi Global Melawan Kelaparan dan Kemiskinan, kunjungan ini juga memberi kesempatan kepada rombongan untuk melihat lebih dekat upaya Brasil dalam menanggulangi kelaparan melalui berbagai inisiatif sosial.
Syamsul Anwar menceritakan pengalamannya selama perjalanan yang memakan waktu hingga 32 jam dari Jakarta ke kota Rio de Janeiro. “Rute perjalanannya sangat panjang, mencapai 32 jam. Dari Jakarta, lewat Kuala Lumpur, Amsterdam, baru ke kota ‘Sungai Januari’ di benua Amerika Latin itu,” tulisnya dalam Majalah Suara Muhammadiyah edisi awal November 2024.
Setibanya di Rio de Janeiro, rombongan disambut Duta Besar RI untuk Brasil dan diajak makan malam di restoran “Amir” yang dikelola oleh warga keturunan Lebanon, sebelum kemudian diinapkan di JW Marriott Hotel yang terletak di kawasan pantai Copacabana yang terkenal.
Kunjungan rombongan Menko PMK ini berfokus pada pertemuan menteri G20 yang diadakan di Galpão da Cidadania atau Gudang Kerakyatan, lokasi yang berfungsi sebagai dapur rakyat untuk memberi makan warga kurang mampu.
“Tujuan pertemuan ini adalah untuk memfinalkan rumusan kerja Gugus Tugas Presidensi G20 dan menyetujui Dokumen Pendiriannya, yang mendukung Aliansi Global sebagai inisiatif yang lahir dari G20,” jelas Syamsul. Aliansi ini dirancang untuk mempercepat pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya dalam hal memberantas kemiskinan dan kelaparan.
Dalam laporan pertemuan tersebut, dipaparkan bahwa sebanyak 733 juta orang di dunia masih terpapar kelaparan, sementara lebih dari sepertiga populasi global, yaitu 2,8 miliar orang, tidak memiliki akses terhadap makanan sehat. Syamsul juga menyoroti keberhasilan Brasil dalam menurunkan angka kelaparan dari 17,2 juta menjadi 2,5 juta orang, sebuah capaian yang diapresiasi dalam pertemuan G20 tersebut.
Syamsul Anwar turut mengaitkan isu ini dengan gerakan Al-Maun Muhammadiyah, yang pada Program PPM 2022-2027 menekankan upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat marginal.
“Dalam sejumlah bagian Program PPM (Pimpinan Pusat Muhammadiyah) 2022-2027, terutama dalam program pelayanan sosial, telah diberi arahan melakukan upaya ‘perwujudan kesejahteraan masyarakat buruh, petani, nelayan, difabel, dan kelompok duafa-mustadafin lainnya sebagai perwujudan Islam rahmatan lil-‘alamin,’” ungkapnya.
Syamsul pun berharap agar seluruh elemen Muhammadiyah lebih memperhatikan doktrin Al-Maun ini, terlebih dalam situasi global yang mempengaruhi stabilitas ekonomi masyarakat. Bagi Muhammadiyah, doktrin Al-Maun bukan hanya sekadar prinsip filantropi, melainkan menjadi dasar gerakan kepedulian sosial yang aktif dalam menangani kebutuhan masyarakat, khususnya kaum dhuafa.
Syamsul menekankan bahwa doktrin ini harus selalu hadir di tengah krisis sosial dan ekonomi, sebagaimana ditunjukkan dengan Program Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang mencakup bantuan untuk buruh, petani, nelayan, dan kelompok rentan lainnya.
“Harapannya seluruh elemen Muhammadiyah tidak abai terhadap doktrin Al-Maun ini, terutama menghadapi kondisi mulai munculnya fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) sekarang,” ujarnya, menegaskan pentingnya kesigapan dalam memberikan dampak positif bagi masyarakat luas.