MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Keinginan Muhammadiyah untuk memiliki kitab tafsir Al-Qur’an lengkap sudah tertanam sejak lama. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Syamsul Anwar, dalam acara Halaqah Pra Penulisan Tafsir At-Tanwir di Yogyakarta pada Sabtu (16/11).
Syamsul menjelaskan, upaya untuk menyusun tafsir kolektif 30 juz telah dirintis sejak zaman penjajahan Belanda. Pada awal abad ke-20 hingga 1960-an, penafsiran Al-Qur’an di Muhammadiyah banyak dipengaruhi pemikiran KH. Ahmad Dahlan. Pendiri Muhammadiyah ini menekankan pentingnya mengembangkan metode pengkajian ‘amaliy atau etos kerja dalam memahami ajaran Al-Qur’an.
Pemikiran Dahlan kemudian dirangkum oleh muridnya, H. Hadjid, dalam buku K.H. Ahmad Dahlan: 7 Falsafah Ajaran dan 17 Kelompok Ayat Al-Quran. Karya lainnya dari periode ini adalah Tafsir Al-Quran: Djoez Ke Satoe, hasil kerja kolektif Lajnah Tafsir yang melibatkan ulama Muhammadiyah seperti K.R.H. Hadjid, K.H. M. Mansoer, dan K.H. A. Badawi.
Perkembangan berikutnya terjadi pada tahun 1970-an hingga 1980-an, ketika tafsir Al-Qur’an mulai ditulis secara individual. Tafsir Al-Azhar karya HAMKA menjadi salah satu yang paling dikenal, diikuti oleh tafsir Al-Bayan karya Hasbi Ash-shiddiq.
Memasuki dekade 1990-an, Muhammadiyah menerbitkan Tafsir Tematik al-Quran tentang Hubungan Sosial Antarumat Beragama. Tafsir kolektif ini lahir sebagai respons terhadap isu pluralitas budaya dan agama yang marak di akhir abad ke-20, meskipun sempat menimbulkan perdebatan. “Tafsir ini begitu kontroversial, meski begitu ada juga yang mengapresiasi,” ujar Syamsul.
Sejak tahun 2000, Muhammadiyah kembali berusaha menyusun tafsir lengkap 30 juz secara kolektif. Namun, hingga kini proses tersebut belum sepenuhnya rampung. Syamsul menegaskan, Tafsir At-Tanwir harus diselesaikan pada periode ini agar tidak terbengkalai. “Ini merupakan proyek strategis Muhammadiyah. Kalau tidak ditekadkan untuk jadi, khawatir akan terbengkalai,” tegasnya.
Tafsir At-Tanwir diharapkan dapat menjadi rujukan utama bagi warga Muhammadiyah dan umat Islam pada umumnya. Kitab ini bertujuan menjadi panduan dalam misi dakwah amar makruf nahi mungkar dan tajdid. Selain itu, tafsir ini dirancang untuk memenuhi aspirasi warga Muhammadiyah yang mendambakan karya kolektif dari ulama dan cendekiawan Muhammadiyah.
Misi besar Muhammadiyah melalui Tafsir At-Tanwir ini adalah memberikan bacaan tafsir yang sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, sekaligus menjadi tuntunan dalam membangun masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai Islam berkemajuan. Proyek ini merupakan bentuk tanggung jawab untuk mengukuhkan peran Muhammadiyah dalam mewarnai peradaban Islam di era modern.