MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Keadaan seperti sakit atau cedera yang merusak atau membatasi kemampuan mental dan fisik seseorang di Muhammadiyah tidak disebut disabilitas, melainkan difabilitas.
Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah yang juga Mendikdasmen RI, Abdul Mu’ti pada (13/11) di BPMP DKI Jakarta, dalam acara Silatnas LDK PP Muhammadiyah.
“Muhammadiyah memakai istilah difabel, bukan disabel. Kalau disabel itu cacat artinya, kalau difabel differently able. Itu maknanya beda, kalau disabel itu maknanya bertentangan dengan Qur’an,” kata Mu’ti.
Disabilitas yang dimaknai sebagai cacat menurut Mu’ti bertentangan dengan Al Qur’an, sebab dalam pemahaman Al Qur’an semua manusia itu diciptakan dengan sebaik-baiknya tidak ada yang cacat.
“Kalau difabel itu differently able – mohon maaf jika umumnya orang itu bisa melihat, tapi dia tidak bisa melihat. Tetapi berarti dia bukan orang yang tidak mampu, banyak orang yang tunanetra ngajinya lebih hebat dari pada yang melek,” ungkapnya.
Menurut Abdul Mu’ti, tidak sedikit anak-anak tunanetra tetapi memiliki kemampuan luar biasa di bidang lain. Dia menyebut salah satunya adalah Putri Ariani yang tampil memukau di ajang America’s Got Talent 2023 dengan suara indahnya.
Tidak hanya bernyanyi, Putri Ariani juga memiliki kemampuan di bidang lain seperti mengaji dan main piano. Kejeniusan Putri di dunia musik dan tarik suara ini adalah bukti bahwa mereka memiliki kemampuan di atas rata-rata.
Oleh karena itu, untuk anak-anak difabel ini harus mendapatkan perhatian yang sama dengan anak-anak yang lain khususnya di bidang pendidikan. Sebab mereka bukan tidak mampu, tapi mereka memiliki kemampuan yang berbeda atau unik.
Sebagai Mendikdasmen RI, Abdul Mu’ti terus mengupayakan pendidikan bermutu untuk semua termasuk untuk anak-anak difabel dalam mengembangkan potensi diri. Sebab mereka memiliki hak yang sama untuk belajar.