MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Al-Qur’an secara eksplisit menyatakan adanya perbedaan derajat di antara para nabi dan rasul. Ayat-ayat seperti dalam surah Al-Baqarah ayat 253 dan Al-Isra ayat 55 dengan jelas menyebutkan hal ini. Namun, di sisi lain, kitab suci juga dengan tegas melarang perbandingan keutamaan di antara mereka.
Demikian disampaikan Anggota Divisi Tafsir Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Asep Setiawan dalam Pengajian Tarjih pada Rabu (30/10) yang membahas tentang tafsir QS. Al-Baqarah ayat 253.
Perbedaan derajat ini merupakan rahasia Ilahi yang tidak dapat sepenuhnya dipahami oleh manusia. Dalam kebijaksanaan-Nya, Allah SWT telah menetapkan derajat yang berbeda-beda untuk setiap nabi. Sebagai hamba, kata Asep, manusia hanya perlu beriman bahwa Allah SWT Maha Adil dan Maha Bijaksana dalam segala keputusan-Nya.
Larangan untuk membanding-bandingkan para nabi termaktub dalam beberapa ayat Al-Qur’an, di antaranya surah Al-Baqarah ayat 136, 285, dan Ali Imran ayat 84. Ayat-ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada seorang nabi pun yang lebih diutamakan daripada yang lain. Pesan yang ingin disampaikan sangat jelas: manusia tidak memiliki otoritas untuk menentukan siapa yang lebih mulia di antara mereka.
Hadis sahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim juga menguatkan larangan ini. Ketika seorang Yahudi mengklaim bahwa Nabi Musa AS adalah pilihan terbaik Allah, para sahabat marah hingga menamparnya. Nabi Muhammad SAW dengan tegas menegur apa yang telah dilakukan para sahabat. Beliau bersabda, “Janganlah kamu melebihkan aku di atas para nabi semuanya.” Hadis ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW sendiri tidak ingin umat Islam membanding-bandingkannya dengan para nabi sebelumnya.
Para ulama salaf pun telah mengingatkan akan bahaya membanding-bandingkan para nabi. Mereka menjelaskan bahwa perbedaan derajat di antara para nabi adalah urusan Allah SWT semata. Manusia hanya perlu beriman dan mengikuti ajaran mereka. Asep mengutip pandangan Ibnu Katsir yang menegaskan bahwa tugas umat adalah meyakini semua nabi dan mengikuti teladan mereka, bukan mencari-cari siapa yang paling utama di antara mereka.
Sebagai umat akhir zaman, umat Islam telah mendapatkan teladan terbaik dalam diri Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah Rasulullah terakhir dan utusan Allah SWT untuk seluruh umat manusia. Allah SWT telah mengutus beliau sebagai rahmat bagi seluruh alam. Dalam surah Al-Ahzab ayat 21, Allah SWT menegaskan bahwa Rasulullah SAW adalah uswatun hasanah (teladan yang baik).
Oleh karena itu, sudah seharusnya setiap individu Muslim fokus pada upaya untuk meneladani akhlak dan perilaku Nabi Muhammad SAW. Dengan meneladani beliau, seorang Muslim akan semakin dekat dengan Allah SWT dan meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Membanding-bandingkan para nabi tidak hanya kesia-siaan belaka.